Macam-Macam Metode Dakwah

Macam-Macam Metode Dakwah
 Serba serbi pendidikan – sahabat pada kajian yang lalu kita sudah membahas Pengertian Metode Dakwah, nah sekarang kita akan mengkaji tentang Macam-macam Metode Dakwah. Landasan umum mengenai metode dakwah adalah al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125. Pada ayat tersebut terdapat metode dakwah yang akurat, kerangka dasar tentang metode dakwah yang terdapat pada ayat tersebut adalah Bi Al-Hikmah, Mauidzah Hasanah, Mujadalah.
1)  Bi Al-Hikmah
Kata hikmah sering kali diterjemahkan dalam pengertian bijaksana, yaitu suatu pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang didakwahkannya atas kemampuannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, konflik maupun rasa tertekan.[1]
Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi yang dilaksanakan atas dasar persuasif. Karena dakwah bertumpu pada human oriented maka konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada hak-hak yang bersifat demokratis, agar fungsi dakwah yang utama (bersifat informatif). Sebagaimana ketentuan dalam al-Qur’an :
Artinya :“Bahwasanya engkau itu adalah yang meberi peringatan. Kamu bukanlah orang yangberkuasa atas mereka.” (QS. Al-Ghasiyah : 21-22).[2]
Metode dakwah al hikmah diartikan bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang, hati yang bersih, menarik perhatian orang kepada agama atau Tuhan.[3] Dengan demikian dapat diketahui bahwa hikmah mengajak manusia kejalan Allah tidak terbatas pada perkataan lembut, member semangat, sabar, ramah dan lapang dada, tetapi juga tidak melakukan sesuatu melebihi ukurannya. Dengan kata lain yang harus menempatkan sesuatu pada tempatnya.[4]
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa al-hikmah adalah kemampuan Da’i dalam memilih, memilah dan menyelaraskan teknik dakwah dengan kondisi objektif mad’u. disamping itu juga al-hikmah merupakan kemampuan Da’i dalam menjelaskan doktrin-doktrin Islam serta realitas yang ada dengan argumentasi logis dan bahasa yang komunikatif. Oleh karena itu, al hikmah adalah sebagai sebuah system yang menyatukan antara kemampuan teoritis dan praktis dalam dakwah.[5]
2)  Mauidzah Hasanah
Secara bahasa mauidzah hasanah terdiri dari dua kata, mauidzah dan hasanah. Kata mauidzah berasal dari wa’adza-ya’idzu-wa’dzan-‘idzatan yang berarti nasihat, bimbingan , pendidikan, dan peringatan. Sementara hasanah merpakan kebalikan dari sayyi’ah yang artinya kebaikan lawanya kejelekan.[6]
Mauidzah hasanah atau nasihat yang baik, maksudnya adalah memberikan nasihat kepada orang lain dengan cara yang baik, yaitu petunjuk-petunjuk kearah kebaikan dengan bahasa yang baik, dapat diterima, berkenan dihati, menyentuh perasaan, lurus dipikiran, menghindari sikap kasar dan tidak mencari atau menyebut kesalahan audiens sehingga pihak objek dakwah dengan rela hati dan atas dasar kesadaranya dapat mengikuti ajaran yang disampaikan oleh pihak subjek dakwah. Jadi, dakwah dakwah bukan propaganda.[7]
Menurut Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Mauidzah hasanah dapatlah diartikan sebagai ungkapan yang mengandung unsur bimbingan, pendidikan, kisah-kisah,berita gembira, peringatan pesan-pesan positif (wasiat) yang bisa dijadikan pedoman dalam kehidupan agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.[8]
Seorang Da’i harus mampu menyesuaikan dan mengarahkan pesan dakwahnya sesuai dengan tingkat berpikir dan lingkup pengalaman dari objek dakwahnya, agar tujuan dakwah sebagai ikhtiar untuk mengaktualisasikan nilai-nilai ajaran Islam ke dalam kehidupan pribadi atau masyarakat dapat terwujud. Rasulallah SAW bersabda yang artinya “Berbicaralah kamu dengan manusia sesuai dengan kadar kemampuanya”.[9]
3)  Mujadalah
Ditinjau dari segi etiologi (bahasa) lafadz mujadalah terambil dari kata “jadala” yang bermakna memintal atau melilit. Apabila ditambahkan alif pada huruf jim yang mengikuti wazan faa ‘ala, “jaa dala” yang dapat bermakna berdebat, dan “mujaadalah” perdebatan.[10]
Sedangkan dari segi terminologi (istilah) mujadalah berarti upaya tukar pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengaharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.[11]
Samsul Munir Amin berpendapat mujadalah adalah berdiskusi dengan baik dari cara-cara berdiskusi yang ada. Mujadalah merupakan cara terakhir yang digunakan untuk orang-orang yang taraf berpikirnya cukup maju, dan kritis. [12]
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa, mujadalah merupakan tukar pendapat yang dilakukan oleh orang-orang yang taraf berfikirnya maju dan kritis dengan cara yang baik dan sinergis, yang tidak menimbulkan permusuhan dengan tujuan agar lawan menerima pendapat yang diajukan dengan memberikan argumentasi dan bukti yang kuat.
Samsul Munir Amin mengutip dalam bukunya Dzikron Abdullah, Apabila ditinjau dari sudut pandang yang lain, metode dakwah dapat dilakukan pada berbagai cara yang lazim digunakan saat pelaksanaan dakwah. Adapun macam-macam metode dakwah sebagai berikut : metode ceramah, tanya jawab, diskusi, propaganda, keteladanan (uswatun hasanah), drama, silaturrahmi(home visit) dan bi lisanil haal.[13]
a.  Metode Ceramah
Metode ceramah merupakan suatu metode yang dilakukan dengan maksud untuk menyampaiakan keterangan, petunjuk, pengertian, dan penjelasan tentang sesuatu kepada pendengar dengan menggunakan lisan. Metode ceramah ini, sebagai metode dakwah bi al-lisan yang dapat berkembang menjadi metode-metode lain, seperti diskusi dan tanya jawab.
Metode ceramah merupakan suatu teknik dakwah  yang banyak diwarnai oleh ciri-ciri karakteristik bicara seorang Da’i pada suatu aktifitas dakwah. Metode ini harus diimbangi dengan kepandaian khusus tentang retorika, diskusi, dan faktor-faktor lain yang membuat pendengar merasa simpatik terhadap ceramahnya.[14]
b.  Meode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang dilakukan dengan menggunakan tanya jawab untuk mengetahui sejauh mana ingatan atau pikiran seseorang dalam memahami atau menguasai materi dakwah, di samping itu, juga untuk merangsang perhatian penerima dakwah.
Tanya jawab sebagai salah satu metode cukup dipandang efektif apabila ditempatkan dalam usaha dakwah, karena objek dakwah dapat mengajukan pertayaan-pertanyaan yang belum dikuasai oleh mad’u sehingga akan terjadi hubungan timbal balik antara subjek dakwah dengan objek dawah.[15]
c.  Metode Diskusi
Diskusi sering dimaksudkan sebagai pertukaran pikiran (gagasan atau pendapat dan sebagainya) antara sejumlah orang secara lisan membahas suatu masalah tertentu yang dilaksanakan dengan teratur dan bertujuan untuk memperoleh kebenaran.
Dakwah dengan metode diskusi dapat memberikan peluang peserta diskusi untuk ikut memberi sumbangan pemikiran terhadap suatu masalah dalam materi dakwah.[16]
d.  Metode Propaganda
Metode propaganda adalah suatu upaya menyiarkan agama Islam dengan cara mempengaruhi atau membujuk masa secara masal, persuasif, dan otoritatif (paksaan).
Propaganda dapat digunakan sebagai salah satu metode dakwah.metode ini dapat digunakan untuk menarik perhatian dan simpatik seseorang. Pelaksanaan dawah dengan metode propaganda dapat dilakukan melalui berbagai macam media, baik auditif, visual, maupun audio visual. Kegiatannya dapat disalurkan melalui pengajian akbar, pertunjukan seni hiburan, pamphlet dan lain-lain.
Dakwah dengan menggunakan metode propaganda ini akan dapat menyadarkan orang dengan cara bujukan (persuasif), beramai-ramai (massal), luwes (fleksibel), cepat (agresif), dan retorik. Usaha tersebut dalam rangka menggerakkan emosi seseorang agar mereka mencintai, memeluk, membela, dan memperjuangkan agama Islam dalam masyarakat.[17]   
e.  Metode Keteladanan(uswatun hasanah)
Dakwah dengan menggunakan metode keteladanan atau demontrasi berarti suatu cara penyajian dakwah dengan memberikan keteladanan langsung sehingga mad’u akan tertarik untuk mengikuti kepada apa yang dicontohkannya. Dari segi dakwah metode demostrasi ini memberikan kesan yang tebal karena panca indra (indra lahir), perasaan dan pikiran (indra batin) dapat dipekerjakan sekaligus.
Metode dakwah dengan demonstrasi ini dapat dipergunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan akhlak, cara bergaul, cara beribadah, berumah tangga, dan segala aspek kehidupan manusia. Nabi sendiri dalam kehidupannya merupakan teladan bagi setiap manusia.[18]
f.   Metode drama
Dakwah dengan metode drama adalah suatu cara menjajakan materi dakwah dengan mempertunjukkan dan mempertontonkan kepada mad’u agar dakwah dapat tercapai sesuai yang ditargetkan. Dalam metode ini materi disuguhkan dalam bentuk drama yang dimainan oleh para seniman yang berprofesi sebagai Da’i atau Da’i yang berprofesi sebagai seniman. Drama tersebt sebagai salah satu metode dakwah sekaligus sebagai teater dakwah. Dakwah dengan metode ini terkenal sebagai pertunjukkan khusus untuk kepentingan dakwah.
Dakwah dengan menggunakan metode drama dapat dipentaskan untuk menggambarkan kehidupan sosial menurut tuntutan Islam dalam suatu lakon dengan bentuk pertunjukan yang bersifat hiburan. Kini sudah banyak dilakukan dakwah dengan metode drama melalui media flim, radio, televise, teater, dll.[19]
g.  Metode silaturrahmi (home visit)
Dakwah dengan metode home visit atau silaturrahmi yaitu dakwah yang dilakukan dengan mengadakan kunjungan kepada suatu objek tertentu dalam rangka menyampaikan isi dakwah kepada penerima dakwah. Dakwah dengan metode ini dapat dilakukan dengan menengok orang sakit, ta’ziyah, dll. Dengan cara seperti ini manfaatnya cukup besar dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
Metode home visit  dimaksudkan agar Da’i dapat memahami dan membantu meringankan beban moral yang menekan jiwa mad’u. Metode ini manfaatnya banyak, disamping untuk mempererat persahabatan dan persaudaraan juga dapat dipergunakan oleh Da’i  untuk mengetahui kondisi masyarakat disuatu daerah yang dikunjungi.[20]
Metode-metode dakwah yang tersebut di atas, Da’i harus mampu menggunakan metode yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta fenomena yang terjadi di masyarakat, sehingga Da’i dapat menghadapi kebatilan dengan kuat dan mantap, maka harus pula memanfaatkan kemajuan sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, agar dakwah dapat muncul dengan kepribadian yang jelas di hadapan masyarakat modern. Kaitannya dengan metode dakwah bi lisanil haal, peneliti akan menguraikan tentang metode dakwah bi lisanil haal
Demikian Kajian kita tentang Macam-macam Metode Dakwah Semoga Bermanfaat




[1] Ibid. hlm. 98.
[2] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, J-ART, Bandung, 2007, hlm.
[3] Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Op.Cit, hlm. 10.
[4] Siti Muri’ah, Metode Dakwah Kontemporer, Mitra Pustaka, Yogjakarta,  2000, hlm. 42-43.
[5] Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Op.Cit, hlm. 11.
[6] Ibid, hlm. 15-16.
[7] Siti Muri’ah, Op.Cit, hlm. 43-44.
[8] Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Op.Cit.. hlm.16-17.
[9] Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 100.
[10] Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Op.Cit.. hlm. 18.
[11] Ibid,  hlm. 19.
[12] Samsul Munir Amin, Lo.Cit., hlm. 100.
[13]Samsul Munir Amin, Op.Cit., hlm. 101.
[14] Lo.Cit., hlm. 101.
[15] Ibid, hlm. 102.
[16] Lo.Cit., hlm. 102.
[17] Ibid. hlm. 103.
[18] Ibid. hlm. 104.
[19] Lo.Cit., hlm. 104.
[20] Ibid. hlm. 105. 

0 Response to "Macam-Macam Metode Dakwah"

Post a Comment

sumonggo tinggalkan salam