Kemandirian Belajar

Kemandirian Belajar

Serba Serbi Pendidikan – sahabat serba serbi pendidikan pada kesempatan ini kita akan membahas tentang Kemandirian Belajar. Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia, semua aktivitas yang dicapai manusia pada dasarnya tidak lain adalah hasil belajar. Oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dengan berbagai macam bentuk perbuatan dalam upaya mencapai tujuan yang dinginkan sebagai bekal untuk kehidupan. Untuk memperoleh gambaran tentang belajar, ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli antara lain:

a. H. Abu Ahmadi memberi pengertian tentang belajar adalah sesuatu bentuk pertumbuhan dalam diri sesorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. 

b. A. Tabroni Rusyan mengemukakan, belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan penggunaan dan penelitian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisasi. 

c. M. Ngalim Purwanto, MP. Mengemukakan bahwa, belajar adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri suatu pola dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian. 
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah “aktifitas yang menghasilkan perubahan dalam diri pelajar” yang mana perubahan itu meliputi pengetahuan, pemahaman, ketrampilan serta nilai, sikap dan perilaku. Perubahan tersebut akibat dari adanya latihan dan pengalaman  yang dilakukan secara sadar dan bersifat permanen.

1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sebagai aktifitas yang berlangsung melalui proses, sudah barang tentu tidak lepas dari pengaruh, baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri atau individu yang mengalaminya. M. Ngalim Purwanto sendiri mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah:
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual.
b. Faktor yang ada diluar individual yang disebut faktor sosial
Yang termasuk faktor individual antara lain, faktor kematangan/pertumbuhan kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor-faktor pribadi yang lain, sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain: faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar secara garis besar antara lain:
a. Faktor eksternal (dari luar diri pelajar)
Yang termasuk faktor eksternal adalah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas: lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan kelompok.
2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, tekhnologi dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim
4) Faktor lingkungan atau keamanan.
Dari keterangan tersebut maka faktor keluarga mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk kegaiatan belajar anak, kemudian sekolah menempati urutan yang besar juga. 
b. Faktor internal
Faktor ini dapat berupa faktor psikologis dan fisiologis, faktor fisik berasal dari keadaan jasmani dan faktor psikologis berasal dari keadaan rohani. Faktor ini mungkin dapat berdiri sendiri tetapi mungkin saling berhubungan, keadaan fisik yang terganggu akan mempengaruhi pada psikologinya dan sebaliknya. Bagaimana juga kedua saling berhubungan.
Yang termasuk faktor internal ialah:
1) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dll.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri atas faktor intelektif yang meliputi faktor potensi yaitu kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. 
Faktor-faktor tersebut berinteraksi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.
2. Pengertian Kemandirian Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa ”kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa tergantung pada orang lain”.  Chabib Thoha mengungkapkan bahwa kemandirian adalah “bentuk sikap terhadap obyek dimana individu memiliki independensi yang tidak berpengaruh terhadap orang lain.  
Belajar mandiri sebagaimana disebutkan oleh Herman Holstein dalam bukunya “Shul lernen selbstandig standing” (murid belajar mandiri) diterjemahkan oleh Soeparmo bahwa belajar mandiri adalah mengarahkan murid agar berperan dalam memilih dan menentukan apa yang akan dipelajarinya dan cara serta jalan apa yang akan ditempuhnya dalam belajar.  Dengan demikian tugas guru ialah mengarahkan yang berangsur-angsur semakin dikurangi. Namun dibalik itu tugas guru yang penting sesungguhnya ialah merencanakan dan mempersiapkan situasi belajar mandiri sehingga apa yang dicapai oleh  murid sebenarnya sesuai dengan yang direncanakan dan diinginkan guru.
Siswa belajar mandiri tidak dimaksudkan dengan belajar agar bisa mandiri tetapi tetapi belajar secara mandiri, dan mandiri disini tidak dimaksudkan murid-murid belajar secara individual bahkan sebaliknya, situasi dibina untuk belajar secara individual bahkan ditanamkan rasa kebersamaan, kesadaran untuk bekerja sama, serta mampu membedakan seseorang sebagai personal dan seseorang sebagai pendapat orang itu.
Untuk lebih jelasnya bahwa belajar mandiri dalam hal ini lebih menekankan penciptaan dan pemanfaatan situasi, situasi belajar yang direncanakan murid. Disini hanya dapat diterapkan bentuk situasi dalam belajar mandiri. Bagi pedagogik situasi itu adalah jalan keluar dan sekaligus sebagai tujuan, setiap pendidik dalam situasinya masing-masing memberikan struktur dan bentuk gambarannya. Pendidikan untuk kemandirian menimbulkan situasi belajar mandiri sebagai tujuan.
3. Ciri-Ciri Kemandirian
a. Kematangan fungsi-fungsi psikis
Kematangan proses baturis/kematangan yang muncul secara alamiah, namun ada juga yang melalui latihan yang dilakukan sendiri karena mendapat rangsangan melalui media sebagai rangsangan perkembangan fungsi psikis. Karena itu perkembangan fungsi psiis tampak didorong kekuatan dari dalam sehingga pada suatu saat muncul kepermukaan untuk bertingkah laku. Saat yang demikian itu sering disebut sebagai masa peka atau saat kematangan. Suatu kecakapan/keterampilan adalah sangat bergantung pada kematangan anak.
Zakiah Daradjat mengatakan: “Sesungguhnya belajar suatu kepandaian bagi anak adalah tergantung pada dua faktor penting, yaitu kematangan dan latihan.”  Demikian juga Zakiah Daradjat memberikan ciri kemandirian belajar sebagai berikut: “Berdiri sendiri yakni melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, mengarahkan kelakuannya tanpa tunduk orang lain, dapat berdiri sendiri dan pada umumnya mempunyai emosi yang stabil. Dari dua pokok pikiran di atas, tampak adanya keselarasan antara ciri ematangan dan ciri kemandirian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kematangan merupakan ciri dai kemandirian.
b. Tingkah laku swakarsa (kegiatan sendiri)
Kemandirian anak, disamping adanya tingkat kematangan yang dicapai, ditandai pula adanya kecenderungan untuk berbuat yang dilakukan sendiri secara aktif atau pengambilan sikap yang dikemudikan secara otonomi terhadap suatu obyek. Bertumbuhnya umur mendorong timbulnya kecenderungan untuk melepaskan diri ikatan orang tuanya, anak mulai mengetahui hal baru dalam lingkungan. Zakiah Daradjat mengatakan faktor yang paling dalam mendidik anak adalah memenuhi kebutuhan anak melakukan aktifitasnya sendiri. 
c. Sikap disiplin
Ketika sejumlah ahli psikologi di Indonesia diminta untuk menentukan ciri-ciri yang mencerminkan kepribadian yang kreatif, maka diantara yang dapat rangking tertinggi adalah: bebas dalam befikir, senang mencari pengalaman baru, dapat memulai sendiri (inisiatif), bebas dalam mengemukakan pendapat, begitu saja ciri-ciri tersebut erta dengan kebebasan dan kemandirian.  Selanjutnya S.C. Utama, M. mengatakan bahwa: ciri kepribadian anak yang penting menurut pendapat guru adalah ketekunan, kerajinan, keuletan, kedisiplinan, ketelitian, inisiatif disiplin, patuh, kerapian, kemandirian dan kesabaran. 
Dari pokok pikiran tersebut memberikan kesimpulan bahwa disiplin merupakan ciri dari aspek kemandirian seseorang yang perlu dimanifestasikan dalam menuju kesuksesan.
4. Prinsip-Prinsip Mandiri Dalam Belajar
Agnes Soejanto memberikan beberapa uraian tentang prinsip-prinsip mandiri dalam belajar sebagai berikut.
a. Belajar harus dengan rencana yang teratur
b. Belajar harus dengan disiplin diri
c. Belajar harus dengan minat dan perhatian
d. Belajar harus diselingi kolasi sederhana
e. Belajar harus dengan tujuan yang jelas. 
Sedang menurut Abu Ahmadi tentang prinsip-prinsip belajar mandiri adalah sebagai beriktu:
a. Belajar harus bertujuan dan terarah, tujuan akan menuntun belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
b. Belajar memerlukan bimbingan,baik dari guru ataudari buku pelajaran sendiri.
c. Belajar memerlukan pemahaman atas apa hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian.
d. Belajar memerlukan latihan dan ulangan  agar apa yang dielajari dapat dikuasai.
e. Belajar adalah suatu proses aktif dimana tejadi saling mempengaruhi secara dinamis antara murid dengan lingkungan.
f. Belajar haus disertai dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. 

0 Response to "Kemandirian Belajar"

Post a Comment

sumonggo tinggalkan salam