Sungguh beruntung orang-orang yang diberi rezeki berlimpah oleh Allah Swt.
Namun demikian perlu disadari bahwa rezeki adalah amanah dari Allah Swt. yang
harus dikelola dan digunakan sesuai ketentuan-Nya. Rezeki yang kita miliki
bukanlah utuh menjadi hak milik pribadi, tetapi di dalamnya ada hak-hak orang lain yang
harus kita berikan kepadanya.
Sebagai orang yang beriman, bagaimana kita bersikap terhadap rezeki, bagaimana kita
memperlakukan rezeki, dan apa keuntungan
bagi oranag-orang yang menginfakkan?
Dalam bab ini kalian akan mempelajari
Firman Allah Swt. QS. Al- Fajr (89): 15-18,
QS. al- Baqarah (2): 254 dan 261 tentang
infaq di jalan Allah Swt.
ISI KANDUNGAN QS. AL- FAJR
(89): 15-18
Pengertian Infak dan Sedekah
Infak berasal dari kata anfaqa-yunfiqu yang artinya membelanjakan atau membiayai
yang berhubungan dengan perintah-perintah Allah. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia infak adalah pemberian (sumbangan) harta dan sebagainya (selain zakat
wajib) untuk kebaikan. Sedangkan menurut istilah, infak adalah mengeluarkan atau
memberikan sebagian dari harta atau pendapatan untuk suatu kepentingan yang
diperintahkan dalam ajaran Islam.
Infak berbeda dengan zakat, infak tidak mengenal istilah nisab dan jumlah yang
ditentukan secara hukum tetapi sesuai dengan kemampuan masing-masing. Dan
penerimanya pun tidak ditentukan sebagaimana zakat. Infak dapat diberikan kepada
mustahik zakat dan selain mustahik zakat seperti keluarga dan kerabat, bahkan untuk
membiayai kebutuhan diri sendiri
Lebih luas lagi pengertian sedekah,
meliputi harta dan jasa, bahkan seyum pun
sebagai sedekah. Membuang ranting atau
duri dari jalan pun sedekah.
Infak dan sedekah hendaklah dengan harta
yang baik. Firman Allah Swt. dalam QS. alBaqarah (2) : 267 sebagai berikut:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ - ٢٦٧
“Hai orang-orang yang beriman nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagaian dari hasil
usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi
untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan
daripadanya , padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan
memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi
Maha Terpuji”.
Lalu kepada siapa kita memberikan infak dan bersedekah? Dalam QS. at-Taubah
(09):60 Allah Swt. berfirman:
اِنَّمَا الصَّدَقٰتُ لِلْفُقَرَاۤءِ وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْعَامِلِيْنَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوْبُهُمْ وَفِى الرِّقَابِ وَالْغَارِمِيْنَ وَفِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَابْنِ السَّبِيْلِۗ فَرِيْضَةً مِّنَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ - ٦٠
Sesunguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para mua’allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah, dan untuk
mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan
Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
QS. Al- Fajr (89): 15-18
Bacalah QS. Al- Fajr (89): 15-18 sebagaimana dicontohkan guru pendamping.
Kemudian tulislah dengan baik dan benar!
فَاَمَّا الْاِنْسَانُ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ رَبُّهٗ فَاَكْرَمَهٗ وَنَعَّمَهٗۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَكْرَمَنِۗ - ١٥
Maka adapun manusia, apabila Tuhan mengujinya lalu memuliakannya dan memberinya kesenangan, maka dia berkata, “Tuhanku telah memuliakanku.”
وَاَمَّآ اِذَا مَا ابْتَلٰىهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهٗ ەۙ فَيَقُوْلُ رَبِّيْٓ اَهَانَنِۚ - ١٦
namun apabila Tuhan mengujinya lalu membatasi rezekinya, maka dia berkata, “Tuhanku telah menghinaku.”
كَلَّا بَلْ لَّا تُكْرِمُوْنَ الْيَتِيْمَۙ - ١٧
Sekali-kali tidak! Bahkan kamu tidak memuliakan anak yatim,
وَلَا تَحٰۤضُّوْنَ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۙ - ١٨
dan kamu tidak saling mengajak memberi makan orang miskin,
Dalam QS. Al- Fajr (89): 15-16 dijelaskan bahwa kecenderungan manusia merasa mulia dengan
rezeki yang diberikan Allah Swt, padahal tidaklah demikian, sesungguhnya harta itu hanyalah
ujian dan cobaan bagi mereka. Dan begitu pula sebaliknya, jika mereka diberi kesempitan
rezeki, mereka menganggap Allah Swt. menghina mereka. Padahal tidaklah demikian,
sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapapun yang disukai-Nya dan tidak disukai-Nya.
Begitu pula Allah Swt. menyempitkan rezeki kepada siapapun yang disukai-Nya dan tidak
disukai-Nya.
Dalam menghadapi dua kondisi seperti itu hendaklah manusia hanya bergantung
kepada Allah. Jika diberi keluasan rezeki hendaklah ia bersyukur. Dan jika dalam
kesempitan rezeki hendaklah ia bersabar tanpa menyalahkan siapapun.
Selanjutnya dalam QS. Al- Fajr (89): 17-18 Allah Swt. mengisyaratkan agar manusia
memuliakan dan menyayangi anak yatim. Memperlakukan mereka dengan baik,
sebagaimana
dalam hadis riwat Ibnu Majah dari Abi Hurairoh
Rasulullah Saw. bersabda:”Sebaik-baik rumah
seorang muslim adalah rumah yang di dalamnya
ada anak yatim yang diasuh dengan baik.
Seburuk-buruk rumah orang Islam yang di
dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan
dengan jahat”.
Betapa mulianya orang-orang yang menyayangi
anak yatim. Kelak Mereka akan berdampingan bersama Rasulullah Saw. Rasulullah
Saw. bersabda dalam hadis riwayat Bukhari dari Abu Sahl bin Sa’ad : “Aku dan orangorang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini, Beliau menunjukkan jari
telunjuk dan jari tengah serta merenggangkan keduanya”.
Selanjutnya dalam QS. Al- Fajr (89): 18 Allah Swt. memperingatkan agar manusia
saling menyeru, saling mengingatkan untuk menyeru memberi makan orang miskin.
Orang-orang yang tidak menyantuni anak yatim dan tidak menyeru memberi makan
orang miskin termasuk pendusta agama. Allah berfirman dalam QS. al-Ma’uun (107) :
1-3 :
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ - ١
Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ - ٢
Maka itulah orang yang menghardik anak yatim,
وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ - ٣
dan tidak mendorong memberi makan orang miskin.
Hadir pak
ReplyDeleteanjayyani
ReplyDelete