Soal Ulangan - sahabat soal ulangan pada kesempatan kali ini kita akan membahasa tentang Kandungan QS. Al- Baqarah ayat 254 dan 261 Surat al-Baqarah ayat 254 berkaitan dengan anjuran infaq bagi umat Islam. Anjuran infaq menurut Surat al-Baqarah ayat 254 ini merupakan hal yang harus dilakukan uma Islam sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.
A. Kandungan QS. Al- Baqarah ayat 254
Allah SWT dalam Surat al-Baqarah ayat 254 sangat mendorong umat Islam untuk menyisihkan sebagian hartanya untuk mberinfak. Secara tegas, Surat al-Baqarah ayat 254 menjelaskan bahwa infaq merupakan konsekuensi logis seorang yang beriman.
Orang yang beriman akan selalu menampilkan pribadi yang dermawan. Sebab, di dalam Al-Quran perintah keimanan selalu bebarengan dengan perintah berbuat amal saleh. Jadi, keimanan tidak akan terlepas dari perbuatan baik. Keimanan berbicara dimensi private sedangkan amal saleh berbicara dimensi publik.
Infak dalam pandangan Islam merupakan ibadah yang sangat mulia. Karena, orang yang berinfak telah mempedulikan orang di sekitarnya dengan menyisihkan sebagian hartanya. Maka, Al-Quran memerintah umat Islam untuk melakukan infak kepada
sesama manusia.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ يَوْمٌ لَّا بَيْعٌ فِيْهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ۗوَالْكٰفِرُوْنَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ - ٢٥٤
"Hai orang-orang yang beriman, Infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang-orang kafir itulah orang-
orang yang zalim" (QS. al-Baqarah: 254)
Dalam kitab tafsirnya, Imam Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah SWT telah mengingatkan umat Islam agar menginfakkan rizkinya sebelum datang hari kiamat.
Peringatan ini menunjukkan akan perintah untuk mengeluarkan sebagian hartanya
sesegera mungkin. Harta yang merupakan karunia Allah mempunyai hak bagi orang yang tidak mampu. Dengan infaq, ia sedang berjuang di jalan kebaikan
Para ulama berbeda pendapat tentang infaq yang dimaksudkan ayat di atas. Salah satu ulama klasik, Imam Hasan al-Bashri mengatakan bahwa infak yang dimaksudkan dalam ayat tersebut khusus sedekah wajib. Namun, jumhur ulama mengatakan infaq dalam ayat di atas masih bersifat umum, baik yang wajib (seperti zakat) maupun yang sunnah.
Terlepas dari perbedaan pendapat ulama di atas, point pentingnya bahwa Al-Quran mendorong umat Islam agar senantiasa bersedekah sebagai tabungan amal di hari akhir nanti. Hal itu karena sedekah merupakan salah satu pundi amal yang bisa dijadikan simpanan kebaikan untuk bekal di hari kiamat.
Kata أنفقوا مما رزقناكم merupakan bentuk perintah untuk menginfakkan sebagian rizki yang telah dikaruniakan Allah SWT. Sedangkan maksud kata من قبل أن يأتي يوم لا بيع فيه ولا خلة ولا شفاعة adalah hari kiamat. Di hari kiamat kelak, harta kekayaan sudah tidak berpengaruh.
Orang-orang yang tidak mempunyai tabungan amal saleh akan mendapatkan siksa Allah SWT. Pada saat itu, semua harta kekayaan tidak akan bisa menebus dirinya. Emas dan perak sudah tidak lagi ada harganya.
Di hari kiamat juga teman, tetangga dan keluarga tidak memberikan manfaat apapun. Dalam hal ini, Allah SWT telah mengingatkan lewat firmanNya surat al-Mukmin ayat 101. Di mana saat kiamat tiba, ikatan keluarga tidak mempunyai pengaruh.
Ketika semua ikatan tidak memiliki maanfaat, yang diharapkan adalah amal pribadi masing-masing. Kata ولا شفاعة dalam surat al-Baqarah: 254 mempertegas bahwa di hari kiamat tidak ada yang bisa memberi syafaat kecuali yang mendapatkan izin Allah.
Sedangkan kata والكافرون هم الظالمون mengindikasikan bahwa orang kafir merupakan orang-orang yang dzalim. Mereka dinilai tidak menempatkan suatu hak pada tempatnya. Dalam hal ini, mereka tidak memenuhi haknya sebagai hamba Allah. Mereka menyembah selain Allah, sebenar-benarnya Tuhan yang wajib disembah.
Kandungan QS. Al- Baqarah ayat 261
Asbabun nuzul Surat al-Baqarah: 261 berkaitan dengan kedermawaan sahabat Nabi Muhammad SAW, yakni Ustman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Kedua sahabat nabi tersebut menyumbangkan harta bendanya untuk biaya operasional perang Tabuk.
Asbabun nuzul Surat al-Baqarah ayat 261 berhubungan dengan kejadian yang telah dilakukan sahabat Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf. Dalam Surat al-Baqarah ayat 261, Allah SWT mendorong kepada sahabat yang kaya agar senantiasa mengulurkan tangannya untuk berjuang.
Prof. Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjeleaskan, Surat al-Baqarah ayat 261 merupakan bentuk penegasan Allah SWT terhadap orang-orang yang dengan ikhlas bersedekah. Orang-orang ikhlas bersedekah akan dibalas berlipat ganda.
مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta mereka di jalan Allah adalah serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji. Allah (terus-menerus) melipat gandakan bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Pada ayat di atas, Allah SWT membuat perumpamaan balasan orang yang ikhlas bersedekah seperti orang yang menanam benih, yang ketika panen hasilnya berlipat ganda. Perumpamaan ini bagi orang-orang yang mendermakan harta bendanya untukn mencari keridhaan Tuhannya.
Dalam Tafsir al-Misbah, Prof. Dr. Quraish Shihab menilai bahwa perumpamaan yang tersurat dalam Surat al-Baqarah: 261 merupakan diksi yang mengagumkan. Penggunaan kata مَّثَل dalam ayat tersebut mengindikasikan bahwa manusia didorong untuk bersedekah.
Sebagaimana dipahamai dari kata مَّثَل, orang bersedekah akan menuai pahala yang besar. Ia ibarat orang yang menanam satu benih di sepetak tanah, kemudian dari benih tersebut tumbuh berkembang menjadi banyak.
Sepetak tanah bisa memberikan dampak besar terhadap kesuburan suatu benih. Dari satu benih, tumbuh berkembang menjadi ratusan buti lagi. Jika tanah yang diciptakan Allah SWt mampu melipat gandakan hasilnya, tentunya bukan hal yang susah kalau Allah menggaransi berlipatnya pahala sedekah.
Dikisahkan dari Syabib bin Basyar dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa dirham yang ditasarufkan untuk kepentingan di jalan Allah, seperti jihad atau ibadah haji, kelak akan dilipatgandakan menjadi tujuh ratus kali lipat. Maka dari itu, Allah SWT menjelaskan dalam firman-Nya: َمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ. Yang artinya, serupa dengan butir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada setiap butir seratus biji.
Pada ayat ini, Allah SWT menyebutkan dengan jelas berapa angka yang akan dilipatgandakan dari satu kebaikan. Dalam ayat tersebut dijelaskan, satu butir kebaikan akan menumbuhkan tujuh hingga berkembang sampai 700 kali. Penyebutan angka ini merupakan perumpamaan saking berlimpahnya balasan dari Allah SWT.
Jadi, penyebutan angkat tersebut tidak harus dipahami secara tekstual. Sebab, Allah SWT akan melipatgandakan setiap kebaikan hambaNya sesuai kehendak prerogratifNya.
Perumpamaan dalam Surat al-Baqarah ayat 261 bertujuan menarik ghirah manusia bersedekah. Dengan menyebutkan bilangan yang banyak sebagai balasan atas satu kebaikan, orang-orang akan tergugah dan bersemangan dalam bersedekah.
Ya, secara naluri orang-orang akan tertarik dengan imbalan yang berlipatganda. Bisa dibayangkan satu kebaikan akan mendapat balasan sebanyak 700 kali lipat. Di dalam hadist pun banyak penjelasan tentang pelipat-gandaan satu kebaikan menjadi ratusan kali lipat.
Prof. Dr. Quraish shihab mengingatkan penyebutan angka dalam Surat al-Baqarah: 261, bukan membatasi kekuasaan Allah SWT. Penyebutan angka tersebut hanya untuk menggerakkan umat manusia agar berlomba-lomba dalam kebaikan dengan ikhlas. Sebab, Allah SWT telah menjanjikan pahala yang berlipat bagi hambaNya yang ikhlas beramal baik
Hadir Pak
ReplyDeleteHadir pak
ReplyDeletehadir pak
ReplyDeleteHadir pak
ReplyDeleteHadir Pak
ReplyDelete