Materi Pembinaan Agama

Materi Pembinaan Agama
Serba Serbi Pendidikan – Sahabat serba serbi pendidikan pada kesempatan ini kita akan mengkaji tentang  Materi Pembinaan Agama. Agama Islam sebagai agama terakhir yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sebagai utusan terakhir yang berfungsi sebagai rahmatan lil alamin yaitu rohmat dan nikmat bagi seluruh alam, utamanya bagi kehidupan manusia, sebagai risalah yang terakhir Islam memiliki nilai universal dan eternal, sesuai dengan kebutuhan manusia. Islam memiliki bentuk ajaran yang lebih sempurna dibanding ajaran sebelumnya.
Pada hakekatnya agama Islam tidak lain adalah sebagai pemenuhan janji Tuhan bahwa akan memberikan petunjuk kepada manusia tentang bagaimana seharusnya manusia ini menempuh hidupnya secara wajar sehingga sejalan dan serasi dengan alam sekitarnya.
Untuk memenuhi semua kebutuhan hidup manusia, Islam memiliki tiga inti ajaran yang merupakan inti dasar ajaran Islam meliputi aqidah, syariah dan akhlaq. Dasar-dasar ini terpadu menjadi satu dan merupakan bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain.[1]
Secara garis besar ketiga materi tersebut dapat dijabarkan sekaligus menjadikan sifat universalitas dan eternalitas Islam adalah sebagai berikut:
a. Materi Aqidah
Materi aqidah (tauhid) membahas tentang kepercayaan kepada ke-Esaan Allah SWT dan segala sesuatu yang berhubungan dengan ke-Esaan Allah SWT itu (rukun iman), berdasarkan dalil naqliyah maupun aqliyah (ratio) menurut kemampuan akal manusa yang dilandasi dengan iman.[2]
Pada prinsipnya di dalam aqidah yang terpenting bukanlah pengetahuan tentang Allah, tetapi hubungan antara seseorang hamba dengan Allah yang akan timbul sikap dedikasi (rasa pengabdian, penyerahan). Dalam hal ini Islam merupakan anak tangga yang terakhir dan tertinggi karena ketegasannya tentang monotheisme yang mulus.
Doktrin tauhid (aqidah) bagi kehidupan manusia menjadi sumber kehidupan jiwa dan pendidikan kemanusiaan yang tinggi. tauhid akan mendidik jiwa manusia untuk mengikhlaskan seluruh hidup dan kehidupannya kepada Allah semata. Tujuan hidupnya ialah Allah dan harapan yang dikejarnya ialah keridhaan Allah. Dengan demikian membawa konsekwensi pembinaan karakter yang agung, menjadi manusia yang suci, jujur dan teguh memegang amanah.
Tauhid akan membebaskan manusia dari perasaan keluh kesah, bingung menghadapi persoalan hidup dan akan bebas dari rasa putus asa. Jadi tauhid memberikan kebahagiaan hakiki pada manusia di dunia dan kebahagiaan abadi di akherat kelak.[3]
b.   Materi Syari’ah
Secara etimologi berarti jalan. Secara terminologi (qaidah syari’ah Islamiyah) berarti suatu sistem norma ilahiyah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan hubungan antar manusia dengan alam sekitarnya.[4]
Menurut Zuhairini, syari’ah berpusat pada dua segi yaitu segi hubungan manusia dengan Tuhannya yang bersifat “ibadah” dan segi hubungan manusia dengan sesamanya dan kemaslahatan hidupnya disebut “muamalah”. Keduanya sangat erat kaitannya dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya, dalam arti kedua-duanya harus bernilai ibadah dengan maksud dan tujuan manusia diciptakan.[5]
Maka ibadah dan mu’amalat, dalam pengamalan ajaran Islam harus terpadu antara urusan pribadi dan masyarakat. Tidak ada di antara ajaran Islam yang hanya merupakan urusan pribadi dan tidak ada pula yang merupakan kepentingan masyarakat saja.
c.    Materi Akhlaq
Akhlaq atau etika menurut ajaran Islam meliputi hubungan dengan Allah (khaliq) dan hubungan dengan sesama makhluq (baik manusia maupun non manusia).    Dengan ajaran akhlaq merupakan indikator kuat bahwa prinsip-prinsip ajaran Islam sudah mencakup semua aspek dan segi kehidupan manusia lahir maupun batin dan mencakup semua bentuk komunikasi, vertikal dan horizontal.
Pendidikan akhlaq yang berorientasi pada penanaman nilai luhur sebagai sifat dasar dalam menjamin hubungan dengan sesamanya sangat berkaitan dengan cara pandang dan watak dasar manusia.
Untuk itulah akhlaq merupakan pokok esensi ajaran islam di samping aqidah dan syari’ah karena akan terbina mental dan jiwa seseorang untuk memiliki hakikat kemanusiaan yang tinggi dengan akhlaq dapat dilihat corak dan hakikat manusia yang sebenarnya:
Menurut ajaran Islam berdasarkan praktek Rasulullah, pendidikan akhlaqul karimah (akhlak mulia) adalah faktor penting dalam membina suatu umat atau membangun suatu bangsa. Suatu pembangunan tidaklah ditentukan semata dengan faktor kredit dan investasi materiil. Betapapun melimpahnya kredit dan besarnya investasi.
Demikian pula pembangunan tidak mungkin berjalan hanya dengan kesenangan melontarkan fitnah pada lawan-lawan politik atau hanya mencari kesalahan orang lain. Yang diperlukan dalam pembangunan ialah keikhlasan, kejujuran, jiwa kemanusiaan yang tinggi. sesuainya kata dengan perbuatan, prestasi kerja, kedisiplinan, jiwa dedikasi dan selalu berorientasi kepada hari depan dan pembaharuan.
Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha ialah pembinaan akhlak mulia. Ia harus ditanamkan kepada seluruh lapisan dan tingkatan masyarakat, mulai dari tingkat atas sampai ke lapisan bawah, dari anak kecil sampai orang dewasa.[6]





[1] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1995, hlm. 42.
[2] M. Noor Matdawam, Aqidah dari Ilmu Pengetahuan dalam Lintasan Sejarah Dinamika Budaya Manusia, Yayasan “Bina Karier” LPSBIP, Yogyakarta, 1995, hlm. 6.
[3] Nasruddin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’arief, Bandung, 1998, hlm. 42-44.
[4] Endang Syaifuddin Anshori, Kuliah Al-Islam, CV Rajawali, Yogyakarta, 1989, hlm. 90.
[5] Zuhairini, dkk., Op. Cit., hlm. 49.
[6] Nasruddin Razak, Dienul Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989, hlm. 37.

0 Response to "Materi Pembinaan Agama"

Post a Comment

sumonggo tinggalkan salam