Serba Serbi Pendidikan – Sahabat Serba Serbi Pendidikan Faktor terbesar penyebab kerhasilan seorang pemimpin adalah kemampuannya dalam membaca semua yang dipimpinnya.
- Jhon C Maxwell -
Knowledge is power, begitu biasa kita mendengar atau membacanya. Faktanya, memang pengetahuan adalah kekuatan. Orang yang kita jadikan guru, pasti mereka yang pengetahuannya diatas kita setidaknya pada bidang yang kita belajar padanya. Isteri atau suami kita sangat mengetahui kita, sehingga kekuatan atau pengaruh yang dibawa oleh pasangan menjadi sangat besar bagi kita. Puncak dari segala yang mengetahui adalah Allah swt, Tuhan semesta alam, sehingga kita harus tunduk dan taqluq dalam kekuasaanNya.
Pendidikan adalah sarana untuk mendapatkan power itu dari Tuhan. Tuhanlah pemilik segala power. Orang yang berpendidikan, meniscayakan dirinya bisa percaya diri karena dia memiliki power. Disatu sisi, pendidikan barat yang berorientasi pada penggalian potensi diri secara maksimal, menjadikan rata-rata anak-anak didik disana lebih percaya diri dibanding model pendidikan yang kita kembangkan. Prof. Magzis Suzeno pernah meneliti tentang pendidikan anak-anak orang Jawa. Hasilnya ternyata kebanyakan pendidikan anak-anak di Jawa menyebabkan anak memiliki tiga karakter; wedian ( takut ), sungkanan ( sungkan ), dan isinan ( pemalu ).
Tiga hal tersebut, memang mempunyai banyak kebaikan, namun jika terus berlanjut, maka ketiganya bisa menjadi penghalang kesuksesan. Dalam bahasa psikologi, ketiga hal yang dikemukakan Prof. Magsis Suzeno itu, biasa disebut dengan mental block ( penjara mental ). Mental block ini sangat menghambat bahkan berbahaya bagi kesuksesan seseorang.
Sebagai Ilustrasi dari bahaya mental block yang "ditanamkan" sejak kecil ini adalah ibarat seekor gajah. Kita semua tahu bahwa tubuh gajah sangat besar, kakinya kuat, dan tenaganya sangat besar. Namun betapa kasihan nasib si gajah karena ternyata dia tidak bisa melepaskan diri dari tali kecil yang didiikatkan pada lehernya.
Gajah yang sangat perkasa itu menjadi nampak kalem dan tidak powerful karena dia bahkan bisa dituntun dengan seutas tali kecil. Kenapa hal ini bisa terjadi?. Ternyata semua itu karena si gajah sudah diberi tali sejak kecil. Begitulah, banyak orang yang sudah memiliki kekayaan berlimpah, kepintaran, ketampanan / kecantikan, dan aneka kelebihan lainnya, masih saja merasa minder untuk berbuat sesuatu yang mestinya mampu untuk dilakukannya. Hal ini seperti Gajah yang sejak kecil di belenggu "mentalnya" menjadi tidak menyadari bahwa kekuatan fisiknya sangat luar biasa. Dan disinilah pentingnya therapy mental yang antara lain bisa dilakukan dengan teknik hypnotherapy.
Dalam kajian psikologi, sebenarnya ada yang lebih penting dari sekadar percaya diri yaitu tahu diri. Imam Ali bin Abi Thalib pernah berkata," tidak akan binasa orang yang mengetahui dirinya". Bahkan Nabi Muhammad saw bersabda," man arafa nafsahu faqad arafa Rabbahu; barang siapa mengetahui dirinya, berarti dia mengetahui Tuhannya".
Untuk mengetahui diri sendiri ternyata tidak selalu gampang. Banyak orang yang bahkan gagal mengetahui siapa sesungguhnya dirinya itu. Sebagai contoh: Karena belum mengetahui jati dirinya, banyak dikalangan anak muda banyak yang galau, gelisah, dan bingung. Atau biasa disingkat dengan; andilau bising ( antara dilema, bingung, galau, dan pusing ). Prof. Imam Suprayogo dalam sebuah artikelnya menyatakan bahwa diri atau sang aku itu ada di dalam hati masing-masing kita. Dia adalah ruh. Ruh itulah sunber kekuatan dohir dan bathin kita.
Salah satu cara sederhana untuk mengetahui siapa diri kita adalah dengan bertanya kepada diri sendiri maupun kepada orang-orang dekat yang kita percaya. Kita juga mengetahui diri kita dengan belajar kepada para pakar baik secara langsung maupun secara tidak langsung seperti mengikuti seminar, membaca bukunya, dan seterusnnya. Kita juga bisa mengetahui atau mengenali diri kita dari kecenderungan-kecenderungan yang kita miliki. Saat saya mengikuti mata kuliah, seorang guru besar di kampus pernah memberi peragaan sangat sederhana untuk mengetahui kecenderungan diri. Guru besar kami itu mengangkat sebuah bolpoint dan kemudian bertanya kepada kami-para mahasiswa program doktor saat itu. " kalau tangan saya yang memegang bolpoint ini saya lepas, kira-kira kemanakah arah bolpoint ini akan tertuju?". Ujar beliau. Serentak para mahasiswa menjawab," kebawah".
Sebagaimana arah bolpoint yang diangkat lalu dilepas itu, diri kitapun memiliki kecenderungan-kecenderungan yang melahirkan tindakan. Dan tindakan yang diulang-ulang akan membentuk perilaku, perilaku yang dilanggengkan akan menjadi watak. Dan dari watak atau karakter yang selalu kita tunjukkan itulah kita akan dilabel oleh orang lain sebagai orang jenis A atau B.
Perjalanan untuk mengetahui diri sendiri sering kali merupakan perjalanan panjang dan berliku. Bahkan ada yang hingga akhir hayat, seseorang belum mengetahui siapa dirinya yang sesungguhnya. Hal ini karena diri sebagai manusia itu sendiri mahluk yang sangat kompleks. Sangking kompleksnya hingga Dr. Sir. Muhammad Iqbal-seorang penyair idealis dari India pernah menulis; manusia adalah "mu'jizat" Tuhan yang terbesar. Menyadari kompleksitas tersebut, dalam kaidah NLP pencarian identitas diri itu di short cut dengan cara menetapkannya. Seperti contoh saya mengatakandan menetapkan diri saya saya sebagai master trainer spesialist pendidikan anak usia dini.
Diri kita adalah sumberdaya utama dan pertama bagi kesuksesan yang harus terus dikembangkan dan diberdayakan. Untuk menjadi sangat sukses, mengetahui diri sendiri saja ternyata belum cukup. Ibarat Anda pemain sepak bola, mengetahui diri sendiri adalah seperti Anda tahu bahwa Anda adalah seorang keeper, atau Anda seorang penyerang, dan seterusnya. Ketika sudah mengetahui diri, langkah berikutnya kita harus mengetahui dimana seharusnya kita berada. Jika Anda seorang keeper, maka posisi Anda adalah didekat gawang, jangan malah selalu menjauh.
Betapapun Anda sangat hebat, namun kalau Anda salah menempatkan diri maka potensi Anda itu akan menjadi seperti biasa-biasa. Ada pepatah mengatakan; jika Anda memang emas, maka jangan mau bersama atau dihargai sebagai kuningan. Sungguh tragis nasib elang yang selalu tinggal dan bergaul dengan para kalkun, ia hanya bisa mengepak-ngepakkan sayapnya diatas tanah, sementara elang-elang yang lain terbang bebas diangkasa.
Proses selanjutanya setelah mengetahui diri dan tahu posisi adalah tahu apa yang harus dilakukan. Umpama kita adalah seorang keeper, maka yang harus kita lakukan adalah menjaga gawang jangan sampai kemasukan bola. Kita harus selaku awas dan peka pada keadaan yang ada. Berbeda halnya jika posisi kita sebagai penyerang. Betapa banyak diantara saudara kita yang walaupun sudah lulus kuliah, menjadi seorang sarjana, dan tahu bahwa dirinya sarjana, ternyata tidak bisa menempatkan dirinya pada tempat yang strategis baik untuk dunianya atau untuk akhiratnya. Dan lebih mengenaskan lagi banyak pula diantara mereka yang bahkan tidak mengetahui apa yang harus dilakukannya.
Wallahua'lam. Walhamdulillah.
0 Response to "RUMUS SUKSES; TAHU DIRI-TAHU POSISI"
Post a Comment
sumonggo tinggalkan salam