Pengertian Sholat Dhuha

Pengertian Sholat Dhuha
Dalam kamus istilah agama sholat Dhuha adalah solat sunnat yang dikerjakan pada waktu pagi (07.00-11.00), paling sedikit dua reka’at, paling banyak 12 reka’at.[1]
Sedangkan pengertian sholat Dhuha menurut para pemikir Islam adalah sebagai berikut :a.    Menurut Abdul Manan Bin H.Muhammad Sobari adalah :
“Sholat Dhuha dikerjakan ketika matahari sedang naik, kurang lebih setinggi hasta (pukul 07.00 pagi) sampai dengan kurang lebih pukul 11.00 siang”.[2]
b. Menurut Drs. Sudarsono SH adalah :
“Sholat Dhuha adalah sholat pada waktu naik matahari yakni dua rekaat sekali, dua kali, tiga kali, empat kali, sesudah naik matahari, kira-kira jam delapan dan sembilan pagi”.[3]
c. Sedangkan Menurut Sayyid  Sabiq adalah :
“Sholat dhuha adalah ibadah yang di sunnatkan diwaktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir, paling sedikit dua rekaat dan paling banyak dua belas rekaat”.[4]
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa sholat Dhuha adalah sholat sunnat yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik (07.00 pagi) sampai dengan kurang lebih pukul 11.00 siang.
2.  Keutamaan sholat Dhuha
Ada beberapa hadits yang menjelaskan tentang keutamaan sholat dhuha, diantaranya adalah :
a. Dari Abu Dzar r.a. katanya :
                  
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يسبح على كل سلامى من احد كم صد قة, فكل تسبيحة صد قة, وكل تحميد ة صد قة, وكل تهليلة صد قة, وكل تكبيرة صد قة, وامر بالمعروف صد فة, ونهي عن المنكر صد قة, ويجزي من ذ لك ركعتان ير كعهما من الظحى.(رواه احمد ومسلم وابو داود). 


Artinya: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Hendaklah masing-masing kamu setiap pagi bersedekah untuk setiap ruas tulang badannya. Maka tiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kebaikan adalah sedekah, melarang keburukan adalah sedekah dan sebagai ganti dari semua itu, cukuplah mengerjakan dua reka’at sholat Dhuha”.(HR. Ahmad, Muslim dan Abu Daud)[5].
b. Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Buraidah bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda :
فى الانسان ستون وثلاثمائة مفصل عليه ان يتصد ق عن كل مفصل منها صد قة. قالوا فمن الذى يطيق ذ لك يا رسول الله ؟ قال: النخامة فى المسجد يد فنها اوالشئ ينحيه عن الطريق, فاان لم يقدر فركعتا الضحى تجزئ عنك.( رواه احمد وابو داود).

Artinya: Dalam diri manusia itu ada tigaratus enampuluh ruas yang setiap darinya diharuskan bersedekah, para sahabat bertanya: kalau begitu, siapa yang mampu berbuat demikian ya Rasulallah? Rasulallah saw menjawab: mengeluarkan dahak dimasjid lalu ditanamnya atau menyingkirkan sesuatu gangguan dari jalan, itu juga sedekah. Tetapi kalau engkau tidak bisa, kerjakanlah dua rekaat dhuha karena dia mencukupi dari semua itu.(HR. Ahmad dan Abu Daud).[6]
Syaukani berkata: dua hadits diatas menunjukkan betapa besar keutamaan sholat Dhuha, betapa tinggi kedudukannya serta betapa keras syari’at menganjurkannya. Dua reakaat sholat Dhuha dapat menggantikan tigaratus enampuluh kali sedekah, oleh sebab itu hendaknya dilaksanakan secara terus menerus. Juga memberikan petunjuk agar kita memperbanyak tasbih, tahlil, tahmid, menyuruh kebaikan, melarang yang mungkar, menanam dahak di masjid, menyingkirkan setiap gangguan di jalan dan lain-lain kebaktian agar dengan demikian terpenuhilah sedekah-sedekah yang diharuskan atas setiap orang tiap harinya.
c. Dalam hadits Bukhari dan Muslim terdapat riwayat dari Abu Hurairah bahwa beliau berkata :
او صانى خليلى بثلاث صيام ثلاثة ايام من كل شهر وركعتى الضحى وان او تر قبل ان انام.
Artinya: “Kekasihku telah berwasiat kepadaku tentang tiga perkara, yaitu puasa tiga hari setiap bulan, dua reka’at sholat dhuha dan agar saya sholat witir sebelum tidur”.[7]
Ini juga diriwayatkan oleh Ahmad, Turmudzi, Abu Dawud dan Nasa’i dari Nu’aim al Ghotfani dengan sanad yang baik. Adapun lafazh Turmudzi dari Rasulullah saw dari Allah Yang Maha Suci dan luhur yaitu:[8]
 “Sesungguhnya Allah telah berfirman: “Wahai anak adam, bersembahyanglah untukku empat rekaat pada permulaan siang, niscaya akan kucukupi kebutuhanmu pada sore harinya”.

Dari uraian hadits diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa kita sebagai anak Adam jangan sekali-kali malas mengerjakan empat rekaat pada permulaan siang, karena Allah sudah berjanji akan dicukupi kebutuhan kita pada sore harinya. Juga memberikan petunjuk pada kita agar berpuasa tiga hari pada setiap bulan, mengerjakan dua rekaat Dhuha dan melaksanakan sholat witir sebelum tidur.
d. Hadits riwayat Bukhori dan Muslim :
وعن ام هانئ فاختة بنت ابى طالب رضىالله عنها قالت: ذ هبت الى رسول الله ص.م عام الفتح فوجد ته يغتسل فلما فرغ من غسله صلى ثمان ركعات وذ لك ضحى.(متفق عليه)
Artinya: Dari Ummu Hanik binti Abu Thalib ra, ia berkata: “pada penaklukan kota Makkah saya datang  kepada Rasulullah saw. Dan saya dapatkan beliau sedang mandi, beliau sholat sunnat delapan reka’at.sholat itu adalah sholat dhuha”.[9]
ada satu hadits lagi yang menjelaskan tentang keutamaan sholat Dhuha sebagai berikut :
من حافضا على شفعة الضحى غفرله ذنوبه وان كانت مثل زبد البحر.(رواه ترمذى)   

Artinya: Siapa saja yang dapat mengerjakan sholat dhuha dengan langgeng akan diampuni dosanya itu sebanyak buih dilaut.(HR. Turmudzi).[10]



[1] Drs. M Shodik, Kamus Istilah Agama, Bonafida Cipta Pratama, Jakarta, 1991, hlm. 305.
[2] Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, Rahasia Solat Sunnat: Bimbingan Lengkap dan Praktis, Pustaka  Hidayah, Bandung, 2003, hlm. 66.
[3] Drs. Sudarsono SH , Sepuluh Pokok Aspek Agama Islam, PT Reneka Cipta, Jakarta, 1994, hlm. 68.
[4] Sayyid  Sabiq, Fiqih Sunnah II, terjemahan Mahyudin Syaf, PT Al-Ma’arif, Bandung, 1994, hlm. 68.
[5] Saiyid Sabiq, Fiqih sunnsh II, Terjemahan Mahyudin Syaf, PT Al-Ma’arif, Bandung, 1994, hlm. 65
[6] Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, Op. Cit, hlm. 67-68.
[7] Al-imam Taqiyuddin Abubakar Alhusaini, Kifayatul Akhyar I, Terjemahan Anas Thohir Syamsuddin, PT Bina Ilmu, Surabaya, 1984, hlm. 179.
[8] Sayyid Sabiq, Op. Cit, hlm. 66.
[9] Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin jilid II, Terjemahan Ahmad Sunarto, Pustaka Amani, Jakarta, 1994, hlm. 189.
[10] Abdul Manan bin H. Muhammad Sobari, Op Cit, hlm. 69.

0 Response to "Pengertian Sholat Dhuha"

Post a Comment

sumonggo tinggalkan salam