Dasar Hukum Sholat Dhuha

Dasar Hukum Sholat Dhuha
Sholat dhuha itu adalah ibadah yang disunnatkan. Kerena itu barang siapa yang menginginkan pahalanya, baiklah mengerjakannya dan kalau tidak, tidak ada halangan pula meninggalkannya.
Dari Abu Said r.a. katanya :

كان صلى الله عليه وسلم يصلى الضحى حتى نقول لا يد عها ويد عها حتى نقول لا يصليها.(رواه الترمذى وحسن)
    
Artinya: “Rasulullah Saw selalu bersembayang dhuha sampai-sampai kita mengira bahwa beliau tidak pernah menginggalkannya, ttetapi kalau sudah meninggalkan sampai-sampai kita mengira bahwa beliau tidak pernah mengerjakannya. (Di riwayatkan oleh Turmudzi yang mengganggapnya sebagai hadits hasan).[1]


يسن الضحى لقوله تعالى: يسبحن بالعشى والعسراق. قال ابن عباس. صلا ة العسراق صلا ة الضحى.
Artinya: Sunnat sholat dhuha, sebagaimana firman Allah yang artinya : “ Mereka memaha-sucikan Allah di sore hari dan di waktu isroq.” Ibnu Abbas menjelaskan: Sholat isroq adalah sholat dhuha.[2]
4. Waktu dan Bilangan Sholat Dhuha.
Permulaan waktu dhuha itu adalah waktu matahari sudah naik kira-kira sepenggalah dan berakhir di waktu matahari lingsir, tetapi disunatkan mengundurkannya sampai matahari agak tinggi dan panas agak terik.
Dari Zaid bin Arqom r.a katanya :
                                            
خرج النبى صلى الله عليه وسلم على اهل قباء وهم يصلون الضحى فقال: صلاة الا ؤا بين اذا رمضت الفصال من الضحى. ( رواه احمد ومسلم وتر مذى ).


Artinya: “Nabi Saw ke luar menuju tempat ahli quba’. Dikala itu mereka sedang bersembahyang dhuha. Beliau lalu bersabda: “ini adalah sholat orang–orang yang sama kembali pada Allah yakni diwaktu anak-anak unta telah bangkit karena kapanasan waktu dhuha”.)Diriwayatkan oleh Ahmad, Muslim dan Turmudzi).[3]
Bilangan sholat Dhuha sedikit-dikitnya ialah dua rekaat sebagaimana tersebut dimuka dalam hadits Abu Dzar, dan sebanyak-banyaknya yang dikerjakan oleh Rasulullah ialah delapan rekaat.
Sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak ada batas bilangan rekaat sholat Dhuha. Ini adalah pendapat Abu Ja’far  Thabari, Humaini dan Ruyani dari golongan Syafi’i. Dalam syarah Turmudzi, Al-Iraqi berkata: saya tidak pernah melihat seorangpun baik dalam golongan sahabat atau tabi’in yang membatasinya hanya sampai dua belas rekaat. Demikian yang disampaikan oleh suyuthi. Said bin Manshur sewaktu ditanya: apakah sahabat Rasulallah Saw juga mengerjakan itu?. Ia menjawab: ya, diantara mereka ada yang mnegerjakan sebanyak dua belas rekaat, ada yang empat rekaat dan ada pula yang terus – menerus mengerjakan sampai tengah hari.[4]
Diriwayatkan dari Ibrahim an-Nakh’i bahwa ada seorang yang bertanya kepada Aswad bin Yazid: “berapa rekaatlah  saya harus mengerjakan sholat Dhuha? ” Ia menjawab: sesuka hatimu.
Dari Ummu Hani’:
ان النبى صلى الله و سلم صلى سبحة الضحى ثما نى ركعات يسلم من كلى ركعتين.( رواه احمد داود با سناد صحيح ).
Artinya: “Bahwa Nabi saw mnegrjakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat dan tiap raakaat salam”.(Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan isnad shahih).
Dari Aisyah r.a katanya :
كان النبى صلى الله عليه وسلم يصلى الضحى اربع ركعات ويزيد ما شاء الله .(رواه ومسلم وابن ماجه).
Artinya: “Nabi Saw mengerjakan sholat dhuha empat rekaat dan tambahanya seberapa yang dikehendaki Allah”. (Diriwatyatkan oleh Ahmad, Muslim dan Ibnu Majah).



[1] Saiyid Sabiq, Op. Cit, hlm. 68.
[2] Fathul Mu’in I, terjemahan Drs. H. Aliy As’ad, Menara Kudus, Kudus, 1980, hlm. 243.
[3] Sayyid Sabiq, Op Cit, hlm. 68.
[4] Ibid, hlm. 69.

0 Response to "Dasar Hukum Sholat Dhuha"

Post a Comment

sumonggo tinggalkan salam