PERKEMBANGAN PERADABAN PADA MASA DAULAH UMAYYAH


Dinasti Bani Umayyah berkuasa selama 90 tahun dari tahun 41-132 H atau 661-750 M. Selama dinasti Bani Umayyah terdapat empat belas khalifah antara lain:

A. Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60 H / 661-680 M)

Nama lengkapnya Mu’awiyah bin Abi Sufyan bin Harb bin Umayyah bin Abd Syams bin Abdul Manaf, biasa dipanggil Abu Abdurrahman. Ia masyhur dengan Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia lahir di Mekkah tahun 20 sebelum hijrah. Ayahnya adalah Abu Sufyan, dan ibunya adalah Hindun binti Utbah. Ia adalah sosok yang terkenal fasih, penyabar, berwibawa, cerdas, cerdik, badannya tinggi besar, dan kulitnya putih. Ia masuk Islam bersama ayah, ibu dan saudaranya Yaiz pada saat pembukaan kota Makkah tahun 8 H. Ia pernah ikut perang Hunain dan ia adalah seorang juru tulis Al-Qur’an.

Karir politiknya diawali ketika Umar bin Khattab pernah menugaskan sebagai gubernur Yordania dan pada masa Utsman bin Affan, dia ditugaskan menjadi gubernur Syiria

Muawiyah menjadi Khalifah pada tahun 41 H setelah Hasan bin Ali menyerahkan Khalifah kepadanya. Muawiyah bin Abi Sufyan mendirikan dinasti Bani Umayyah dan sebagai Khalifah pertama. Ia memindahkan ibukota dari Madinah al-Munawarah ke kota Damaskus dalam wilayah Syiria. Pada masa pemerintahannya, ia melanjutkan perluasan wilayah kekuasaan Islam yang terhenti pada masa Khalifah Usman dan Ali. Disamping itu ia juga mengatur tentara dengan dengnan cara baru dengan meniru aturan yang ditetapkan oleh tentara di Byzantium, membangun administrasi pemerintahan dan juga menetapkan aturan kiriman pos

B. Yazid (60-64 H/ 680-683 M)

Namanya Yazid bin Muawiyah, ibunya Maisun al Kalbiyah yaitu seorang wanita padang pasir yang dikawini Muawiyah sebelum ia menjadi Khalifah. Tetapi Maisun ini tidak merasa betah dengan kehidupan di kota. Akhirnya Muawiyah memulangkannya kepada keluarganya bersama Yazid puteranya, karena wanita ini merindukan kehidupan di alam padang pasir dan betapa ia benci pada kehidupan dalam istana serta pakaian-pakaian yang serba mewah itu.

Penunjukan Muawiyah terhadap penggantinya adalah suatu tindakan yang bijaksana, dan adanya yang baru itu dari kalangan Bani Umayyah adalah suatu hal yang dapat diterima karena keadaan darurat. Muawiyah mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya. Yazid. Meskipun dalam internal Bani Umayyah ada orang yang lebih baik daripada Yazid, misalnya Abdul Malik bin Marwan. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan. 

Akhir riwayat hidup Yazid tidak panjang. Masa pemerintahannya berlangsung hanya tiga tahun. Ia mati dalam usia muda. Ia tidak sempat merasakan kenikmatan sebagai Khalifah. Begitu ia naik tahta, dihadapannya telah berkecamuk bermacam-macam peristiwa, yang merupakan penyakit berat bagi negaranya, Ia mulai mengobati penyakit-penyakit itu, obat yang dipakainya itu malah lebih berbahaya daripada penyakit-penyakit itu sendiri. 

Peristiwa-peristiwa yang merupakan penyakit berat bagi negaranya yang kemudian diringkas oleh penulis yaitu pemberontakan Husein terhadap pemerintahan khalifah Yazid. Husein enggan berbaiat kepada Yazid karena semangatnya yang begitu besar untuk menjaga prinsip musyawarah dan keinginannya untuk mendapatkan pemimpin yang baik. Yazid mengirim utusan yang bernama Ubaidullah bin Ziyad tugasnya untuk mencegah Husein melarangnya dari urusan tertentu sekalipun memeranginya. Namun, Ubaidullah membunuh Husein dan memenggal kepalanya lalu dibawanya ke Syam. Yazid sangat kecewa dengan peristiwa yang menyebabkan terbunuhnya cucu Nabi tersebut. Lalu Yazid menghukum dan melaknat Ubaidullah. Setelah peristiwa terbunuhnya Ustman, kini peristiwa terbunuhnya Husein pun menjadi sisi kelam pemerintahan Yazid dalam catatan sejarah dan merupakan penyebab fitnah terbesar umat ini yang tiada hentinya untuk menyalahkan khalifah Yazid padahal Yazid tidak memerintahkan untuk membunuhnya dan tidak pula menampakkan kegembiraan atas peristiwa terbunuhnya Husein.  

Peristiwa lainnya setelah terbunuhnya Husein adalah pemberontakan penduduk Madinah dan membatalkan baiatnya kepada Yazid serta mengeluarkan utusan-utusan dan penduduknya. Yazid pun mengirimkan tentara kepada mereka untuk meminta agar mereka taat kembali kepada Yazid tanpa adanya peperangan dan jika mereka tidak mentaati dalam waktu tiga hari maka, tentara Yazid akan memasuki Madinah dengan pedang dan menghalalkan darah mereka. Namun, Yazid meninggal dunia pada saat pasukannya dalam keadaan mengepung Mekah. 

C. Muawiyah II (64 H/ 683 M)

Ia hanyalah seorang pemuda yang lemah. Masa jabatannya tidak lebih dari 40 hari. Kemudian ia mengundurkan diri karena sakit. Dan selanjutnya ia mengurung dirinya di rumah sampai ia meninggal tiga bulan kemudian. Alasan ia dipilih karena neneknya, yaitu Muawiyah I telah meletakkan asas-asas sistem warisan dalam jabatan khalifah itu. Ia telah bejuang selama bertahun-tahun untuk melaksanakan pengangkatan Yazid, disamping itu rakyatpun telah bersedia pula untuk menerima sistem warisan itu. 

D. Marwan bin Hakam (64-65 H/ 683-685 M)

Marwan bin Hakam memegang peranan penting dalam perang Jamal. Setelah perang Jamal selesai, Marwan mengundurkan diri dari kancah politik kemudian ia memberikan baiah dan sumpah setianya atas pengangkatan Ali menjadi Khalifah. Muawiyah menganggap hal itu dilakukan Marwan hanyalah karena suatu sebab yang memaksa, yaitu untuk menjaga kemaslahatan Bani Umayyah yang berada di Mekah dan Madinah. Marwan adalah seorang yang bijaksana, berpikiran tajam, fasih berbicara, dan berani. Ia ahli dalam pembacaan al-Quran. Dan banyak meriwayatkan hadis-hadis dari para sahabat Rasulullah yang terkemuka, terutama dari Umar bin Khattab dan Usman bin Affan. Ia juga telah berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan. Ia meninggal pada bulan Ramadhan tahun 63 H, setelah ia membujuk lebih dahulu dua orang puteranya untuk menggantikannya berturut-turut, yaitu Abdul Malik dan Abdul Aziz. Dengan demikian telah mengabaikan putusan Muktamar al Jabiyah.42 Isinya adalah diputuskan adanya keharusan untuk mendirikan kekhalifahan, dalam pertemuan itu juga telah diputuskan juga sebuah prinsip yang sangat penting bahwa pemilihan seorang khalifah hanya terlaksana melalui prosedur pemilihan dari umat, aspirasi umat atau wakil umat yang aspiratif dan mempresentasikan kedaulatan umat, seperti para sahabat yang berkumpul pada hari Saqifah.

E.  Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/ 685-705 M)

Abdul Malik ini dipandang sebagai pendiri kedua bagi Daulah Umayyah. Ketika ia diangkat menjadi Khalifah, alam islami sedang berada dalam keadaan terpecah-belah. Bin Zubair di Hijjaz/Mekah memproklamirkan dirinya sebagai Khalifah. Kaum Syiah mengadakan pemberontakan. Dari kaum Khawarij membangkang pula. Maka Al Mukhtar bin Ubaids as Tsaqafi (67 H/ 622-687 M)44 mengerahkan sejumlah besar tentara untuk mengganas, dan dia sendiri tidak mengerti apa sebabnya dia mengganas.45 Namun, semua kekacauan ini mampu dilewati oleh Abdul Malik. Ia berhasil mengembalikan seluruh wilayah taat kepada kekuasaannya. Begitu pula, ia dapat menumpas segala pembangkangan dan pemberontakan. Sebab itulah ia berhak disebut sebagai “pendiri yang kedua” bagi Dinasti Umayyah.

Khalifah Abdul Malik memerintah paling lama, yakni 21 tahun ditopang oleh para pembantunya yang juga termasuk orang kuat dan menjadi kepercayaannya, seperti al-Hajjaj bin Yusuf yang gagah berani di medan perang dan Abdul Aziz, saudaranya yang dipercaya memegang jebatan sebagai Gubernur Mesir. Adapun karakter Abdul Malik, antara lain ialah: percaya diri, dan diantara orang-orang yang semasa dengan dia tak ada yang dapat menandinginya. Diantara karya   Abdul  Malik   yang     patut    dipuji   ialah     mengarahkan   kantor-kantor pemerintahan, membuat mata uang dengan cara yang teratur

F.       Al Walid bin Abdil Malik (86-96 H/ 705-715 M)

Khalifah al Walid dilahirkan pada tahun 50 H. Tumbuh dengan semua kemewahan. Ia mempelajari Kebudayaan Islam. Tetapi pendidikannya tentang bahasa Arab sangat lemah, sehingga ia berbicara kurang fasih. Khalifah al Walid bin Abdul Malik memerintah sepuluh tahun lamanya. Pada masa pemerintahannya kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Kekuasaan Islam melangkah ke Spanyol dibawah pimpinan pasukan Tariq bin Ziyad ketika Afrika Utara dipegang oleh Gubernur Musa bin Nusair. Karena kekayaan melimpah ruah ia sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik, dan jalan-jalan yang dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah dagang yang berlalu lalang di jalur tersebut. Ia membangun masjid al-Amawwi yang terkenal hingga masa kini di Damascus. Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untuk menyantuni para yatim piatu, diberinya mereka jaminan hidup, dan disediakannya para pendidik untuk mereka. Begitu pula untuk orang-orang yang cacat, disediakannya pelayan- pelayan khusus. Dan untuk orang-orang buta, disediakannya pula para penuntun. Orang-orang itu semua diberinya gaji yang teratur. Khalifah itu wafat tahun 96 H/715 M, dan digantikan oleh adiknya, Sulaiman sebagaimana wasiat ayahnya

G.      Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/ 715-717 M)

Sulaiman bin Abdul Malik dilahiran pada tahun 54 H/674 M. Ia dilantik menjadi Khalifah setelah saudaranya, Al Walid meninggal dunia. Sebelum wafatnya, Al Walid pernah bermaksud untuk memecat Sulaiman dari kedudukannya sebagai putera mahkota, karena ia ingin mengangkat puteranya sendiri yang bernama Abdul Aziz.

Khalifah Sulaiman tidak sebijaksana kakaknya, kurang bijaksana, suka harta sebagaimana diperlihatkan ketika ia menginginkan harta rampasan perang (ganimah) dari Spanyol yang dibawa oleh Musa bin Nusair. Ia menginginkan harta itu jatuh ke tangannya, bukan ke tangan kakaknya, al Walid yang saat itu masih hidup walau dalam keadaan sakit. Musa bin Nusair diperintahkan oleh Sulaiman agar memperlambat datangnya ke Damascus dengan harapan harta yang dibawanya itu jatuh ke tangannya. Namun Musa enggan melaksanakan perintah Sulaiman tersebut, yang mengakibatkan ia disiksa dan dipecat dari jabatannya ketika Sulaiman naik menjadi Khalifah menggantikan al-Walid

H. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/ 717-720 M)
Khalifah ketiga yang besar ialah Umar bin Abdul Aziz, meskipun masa pemerintahannya sangat pendek, namun Umar merupakan lembaran putih Bani Umayyah dan sebuah periode yang berdiri sendiri, mempunyai karakter yang tidak terpengaruh oleh kebijaksanaan-kebijaksanaan Daulah Umayyah yang banyak disesali. Dia merupakan personifikasi seorang Khalifah yang takwa dan bersih, suatu sikap yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin   Bani Umayyah

Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/ 720-724 M)

Ia tumbuh berkembang dalam kemewahan dan manja, membuatnya tidak merasakan nilai dan harga kekuasaan. Sebab, ia mendapatkan kekuasaan dan sama sekali tidak merasakan jerih payahnya. Ia menjadi khalifah setelah Umar bin Abdul Aziz, sesuai dengan pesan saudaranya yang bernama Sulaiman bin Abdul Malik

Peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa pemerintahan Yazid ini, antara lain ialah pemberontakan yang dilakukan oleh Yazid bin Muhallab.49 Khalifah Umar mencurahkan tenaga yang tidak sedikit untuk melenyapkan segala kezaliman dan memelihara Baitul mal milik kaum muslimin, tetapi Yazid segera meruntuhkan usaha Khalifah yang terdahulu dengan cara mengembalikan tanah- tanah dan hibah-hibah itu kepada para pemegangnya semula. Yazid meninggal pada tahun 105 H/723 M dan memerintah selama 4 tahun.

Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)

Masa pemerintahan Hisyam cukup lama, yaitu kira-kira dua puluh tahun. Hisyam termasuk Khalifah-khalifah yang terbaik. Terkenal sebagai seorang yang penyantun dan bersih pribadinya. Ia telah mengatur kantor-kantor pemerintahan dan membetulkan perhitungan keuangan Negara dengan amat teliti. Musuh-musuh Bani Umayyah pun mengakui kebagusan pembukuan di masa Hisyam. Hisyam dikenal sebagai seorang Khalifah yang penyantun dan sangat taqwa

Hisyam bin Abdul Malik meninggal pada tahun 125 H/742 M. pemerintahannya berlangsung selama dua puluh tahun. Pada masa pemerintahannya negara mengalami kemerosotan dan melemah

Al- Walid bin Yazid (125-126 H/ 743-744 M)

Al Walid dilahirkan pada tahun 90 H. Ketika ayahnya diangkat menjadi Khalifah, al-Walid berusia sebelas tahun, dan ketika ayahnya menderita sakit yang terakhir, al-Walid sudah berumur lima belas tahun. Diriwayatkan bahwa, pada waktu kematian menghampiri ayahnya, al-Walid maju ke mimbar kemudian mengumumkan kematian ayahnya dan kemudian al-Walid mendeklarasikan dia sebagai khalifah, kemudian dia di bai’at.51 Al-Walid moralnya tidak begitu tinggi, dia mempunyai sifat kegila-gilaan, yaitu sifat yang diwarisinya dari ayahnya. Faktor-faktor itulah nampaknya yang telah mendorong pemuda itu untuk menguburkan rasa pilu dan sedihnya kedalam gelas minuman keras, dan hidup dalam pelukan dayang-dayang dan hamba-hamba sahaya perempuan, bergelimang dosa dan maksiat.

Yazid bin Walid (126 H/ 744 M)

Yazid tidak dapat menikmati kedudukannya sebagai Khalifah, yang telah dicapainya dengan usaha baik secara rahasia ataupun terang-terangan. Masa pemerintahannya berlangsung lebih kurang enam bulan. Dan masa yang pendek itu penuh dengan kesukaran-kesukaran. Yazid meninggal dunia setelah memangku jabatan Khalifah dalam masa beberapa bulan itu. Ia memberikan wasiat bagi saudaranya, Ibrahim untuk menjadi Khalifah sesudahnya

Ibrahim bin Walid (126 H/ 744 M)

Ibrahim bin al-Walid hanya memerintah dalam waktu singkat pada tahun 126 H sebelum ia turun tahta, dan bersembunyi dari ketakutan terhadap lawan- lawan politiknya. Karena kondisi pemerintahan saat itu mengalami goncangan, naiknya Ibrahim bin Walid sebagai Khalifah tidak disetujui oleh sebagian kalangan keluarga Bani Umayyah. Bahkan sebagian ahli sejarah menyebutkan di kalangan sebagian Bani Umayyah ada yang menganggapnya hanya sebagai gubernur, bukan khalifah

Marwan bin Muhammad (127-132 H/ 744-750 M)

Ia dibaiat sebagai khalifah setelah ia memasuki Damaskus dan setelah Ibrahim bin Walid melarikan diri dari Damaskus pada tahun 127 H/744 M. Marwan adalah orang besar, berani dan memiliki kebijaksanaan serta kelicinan. Ia mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang pertempuran. Ia berhasil membuat rencana untuk penyusunan kembali kekuatan-kekuatan Islam. Ia meninggalkan sistim pembagian balatentara kepada beberapa kesatuan, yang masing-masingnya terdiri dari orang-orang yang berasal dari satu kabilah. Dan sebagai ganti dari sistim tersebut ia menyusun suatu balatentara yang teratur, dimana masing-masing anggotanya mendapat gaji tertentu

1. Perkembangan di Bidang Sosial : 

Terciptanya ketertiban kehidupan masyarakat karena sudah adanya peraturan dan perundang-undangan negara dan adanya lembaga penegak hukum, seperti lembaga pengadilan dan kepolisian.Terciptanya kemakmuran dan keadilan yang merata karena pemerintah telah memberikan hak-hak dan perlindungan yang sama kepada warga.

Terpelihara dan terjaminnya masyarakat kelas bawah seperti anak yatim orang lumpuh, buta dan lain-lain. Di bangunnya rumah sakit, jalan raya, sarana olah raga (seperti gelanggang pacuan kuda), tempat-tempat minum di tempat yang strategis, kantor pos, pasar / pertahanan sebagai sarana prasarana Umat.

2. Perkembangan di Bidang Budaya 

Bahasa Arab berkembang luas ke berbagai penjuru dunia dan menjadi salah satu bahasa resmi internasional di samping bahasa Inggris.Mencetak mata uang dengan menggunakan bahasa Arab. Mendirikan pabrik kain sutera, industri kapal dan senjata, gedung-gedung pemerintahan. Membangun Irigasiirigasi sebagai sarana pertanian. Membangun kata Basrah dan Kuffah sebagai pusat perkembangan Ilmu dan Adab. Membuat administrasi pemerintahan dan pembukuan keuangan negara

3. Perkembangan / Prestasi di Bidang Politik Militer

Terbentuknya Lima Lembaga Pemerintahan: 

1) Lembaga politik (An-Niẓam As-Siyasi)

2) Lembaga keuangan (An-Niẓam Al-Mali) 

3) Lembaga tata usaha negara (An-Niẓam Al-Idari) 

4) Lembaga kehakiman (An-Niẓam Al-Qadai) 

5) Lembaga ketentaraan (An-Niẓam Al-Harbi) 

Terbentuk Dewan Sekretaris Negara (Diwanul Kitabah) yang bertugas mengurusi berbagai macam urusan pemerintahan. Dewan ini terdiri dari lima orang sekretaris, yaitu:

1) Sekretaris Persuratan (Katib Ar rasail) 

2) Sekretaris Kepolisian ( Katib Al Jund ) 

3) Sekretaris Kehakiman ( Katib Al Qadi) 

4) Sekretaris Keuangan ( Katib Al Kharraj) 

5) Sekretaris Tentara ( Katib Al Jund )

Untuk mengurusi keselamatan Khalifah, dibentuklah al-Hijabah atau ajudan. Semua orang yang akan menghadap Khalifah harus meminta ijin kepada al-Hijabah.

Memindahkan Ibu kota pemerintahan Bani Umayyah dari Kuffah ke Damaskus. Menumpas segala bentuk pemberontakan yang ada demi, terciptanya stabilitas keamanan dalam negerinya. Menyusun organisasi pemerintahan agar roda pemerintahannya dapat berjalan lancar. Mengubah sistem pemerintahan demokrasi menjadi sistem monarki.

Menetapkan bahasa Arab sebagai bahasa nasional daulah Umayah yang dapat berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Tokoh-tokoh yang berperan dalam pengembangan politik dan militer antara lain : Khalifah Muawiyah, Khalifah Abdul Malik bin Marwan, Khalifah Wahid bin Abdul Malik, Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik


33 Responses to "PERKEMBANGAN PERADABAN PADA MASA DAULAH UMAYYAH"

  1. ISYA ADABINA PUTRI 7F/13
    HADIR

    ReplyDelete
  2. Aryunasa Aziizatsaalitsuazfa 7J/10 Hadir pak

    ReplyDelete
  3. Rizka Maulidya Putri. 7f/31

    HADIR

    ReplyDelete
  4. Rizka Aura Kamila 7j/30

    HADIR

    ReplyDelete
  5. Humaida Kaisa Nurmazaya /12/7F

    HADIR

    ReplyDelete
  6. Aura May Lubna Larasati
    07/7H

    HADIR

    ReplyDelete
  7. Nevita putri salsabila 25/7H

    HADIR

    ReplyDelete
  8. Assalamualaikum

    Nama: Nabilla Zahra Putri Hareni
    Kelas: 7E
    No.absen: 20

    HADIR

    ReplyDelete
  9. Zakiya Lathifa Hanum kls 7E/34
    HADIR

    ReplyDelete
  10. Assalamualaikum

    Nama =Qwinsi Nur Aini
    Kelas =7E
    No absen=24


    HADIR

    ReplyDelete
  11. Assalamualaikum

    Nama: Khoirunnisa Ayu Wulandari
    Kelas: 7E
    No. Absen: 14

    Hadir

    ReplyDelete
  12. Nama: Muhammad Satrya Dava Revandri
    Kelas:7E
    No.Absen:19

    Hadir

    ReplyDelete
  13. Assalamualaikum

    Nama = Raihan Oryza Sativa

    Kelas =7E
    No absen=25


    HADIR

    ReplyDelete
  14. Assalamualaikum

    Nama : Umar Khusnul Faruq
    Kelas : 7E
    No. Absen : 31


    Hadir

    ReplyDelete
  15. Nama :moch.Zhafran faza syaputra
    Kelas:7E
    No :17

    ReplyDelete
  16. Nama : Lutfia Rakeysha Tsabita
    Kelas : 7G
    No Absen : 16

    ReplyDelete
  17. Nama:Adyatma Rasebdriya Lokeswara
    Kelas:7G
    No:01
    Hadir

    ReplyDelete
  18. Nama : mestino nur orlis
    Kls : 7G
    Absen 18
    Hadir

    ReplyDelete
  19. Assalamualaikum
    Ramez Radja Sanjaya
    7E/26
    Hadir

    ReplyDelete
  20. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  21. Maulana Ihsan ghani /17/ 7G HADIR

    ReplyDelete

sumonggo tinggalkan salam