KONTRIBUSI ABBASIYAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

KONTRIBUSI ABBASIYAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM
DAN ILMU PENGETAHUAN
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio). Ilmu yang tergolong ilmu ini adalah kebanyakan dikenal umat Islam berasal dari terjemahan asing. Seperti Yunani Pria atau India.[1]
Menurut Nikholson dalam bukunya "Literalur History of  The Arab" bahwa setelah lumpuh kebudayaan Yunani didaerah-daerah tersebut akibat pertentangan dalam agama kristen, maka sarjana-sarjana mereka lari kePersia dan mendapat kedudukan terhormat di istana Kisra Anusyarwan ( 531-578), dan lairan filsafat "Neo Plato" yang mereka bawa diterima baik kisra. Maka didirikanlah di Judhisapur propinsi khauzistan. Sebuah sekolah tinggi dimana para sarjana tersebut mengajar ilmu aqli seperti thib, falsafah dan lain-lain. Jejak dari sekolah tinggi ini berurat akar dinegeri-negeri tersebut sampai berdirinya dinasti Abbasiyah. Harun menjadi. Pusat kebudayaan-kebudayaan Yunani di Irak, dimana penduduknya dapat berbicara Arab dengan lancar. Sehingga mereka  mengambil bagian terpenting dalam menyebarkan kebudayaan Yunani di tengah-tengah kaum muslimin. Mereka berjasa dalam usaha penerjemahan kitab-kitab ilmu Aqli ke dalam bahasa Arab.[2]
Dalam al-Quran terdapat dasar-dasar ilmu aqli seperti kedokteran. Kimia, filsafat, fisika, tata negara, musik, astronomi, dan ilmu hitung. Namun umat Islam baru mengenalinya setelah belajar dengan cara mendatangi kota-kota pusat pengembangannya buku-bukunya dan sarjana-sarjananya. Kontak antara Islam dengan Yunani dan kecintaan para Khalifah Abasiyah  terhadap ilmu pengetahuan, menyebabkan terjadinya asimilasi ilmu-ilmu dengan agama Islam.[3] Adapun perkembangan Ilmu Aqli pada masa Abbasiyah sebagai berikut:



1)      Gerakan Penerjemahan.
Kegiatan penerjemah dari bahasa Yunani ke bahasa Arab sebenarnya sudah dimulai sejak zaman dinasti bani Umayyah, tetapi usaha besar-besaran dimulai sejak khalifah al-Mansur masa dinasti Abasiyah.[4]
Pada tahun 765 M. Khalifah Almansur yang menderita sakit perut sehingga membuat bingung para dokternya, memanggil kepala kepada rumah sakit Jundi- Syapur,[5] Juris Ibn bakhtisyu. Yaitu mahaguru perguruan tinggi ketabiban Jundishapur yang didirikan oleh khosru Anusyrwan.[6] Meskipun Baghdad menjadi kota besar dan menjadi ibu kota dinasti Abasiyah, namun Judhisapur tetap sebagai kota ilmu pengetahuan pertama dalam Islam.
Pelopor gerakan penerjemahan pada awal dinasti Abasiyah adalah khalifah Al-mansur yang juga membangun ibu Kota Baghdad. Dia mempekerjakan orang-orang persia yang baru masuk Islam seperti nawbaht, Ibrahim Al-fazari dan ali ibnu Isa untuk menerjemahkan karya-karuya berbahasa Persia dalam bidang astrologi (Ilmu perbintangan yang sangat berguna bagi khalifah dengan baik melalui darat maupun laut. Buku tentang ketatanegaraan dan politik serta moral seperti  "kahla wa-Dimna dan "Sindhid" dalam bahasa Persia diterjemahkan kedalam bahasa Arab.
Selain itu, manuskrip berbahasa Yunani seperti "logika"karya Aristoteles, "Almagest" Karya Ptolemy, "Aritmetic" karya Nicmathus dari gerasa, geometri" karya Euclid juga diterjemahkan.[7]
Pada masa al-Makmun aktivitas penerjemahan mencapai puncaknya dengan didirikan "sekolah tinggi terjemah" di Baghdad dilengkapi dengan lembaga ilmu yang disebut "Bait Al-Hikmah" Bait al Hikmah merupakan perpustakaan yang berfungsi sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan riset. (Harun Al-Rasyyd). Kemudian, pada masa Al-makmun beralih fungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno dari Persia, Bizantium, bahkan Etiopia dan india.[8]
Disinilah Hunain Ibn Ishaq (809-873), seorang sarjana dan penganut Nasrani  dari Syariat. Dia memperkenalkan metode penerjemahan baru yaitu menerjemahkan kota per kota. Metode ini lebih dapat memahami isi naskah karena struktur kalimat dalam bahasa Yunani berbeda dengan struktur acitenfitas yang kini dikenal dengan metode Filologi.[9] Gerakan penerjemah ini sangat didukung oleh khalifah al-Makmun, bahkan membentuk tim penerjemah yang diketuai oleh Hunain Ibn Ishaq, yang dibantu oleh anaknya Ishaq dan keponakannya Hubay Ibn al-hasan yang telah ia latih.
Dalam melakukan penerjemahan, Hunayu biasanya mengalihbahasakan karya Yunani ke dalam bahasa Syiria, lalu anak-anak dan teman-temannya melakukan penerjemahan dari bahasa Syiria ke dalam bahasa Arba. Menurut keterangan, ia dibantu oleh go pembantu dan murid-muridnya.[10]
Hanya juga menerjemahkan buku-buku gaken dalam lapangan ilmu pengobatan dan filsafat sebanyak 100 buah k dalam bahsa syiria, 39 buah ke dalam bahasa Arab. Selain menerjemah ia juga mengarang sendiri. Buku karangannya dalam bahasa Arab dan Persia, banyak di jumpai misalnya "soal pengobatan" disusun secara soal jawab. Bukunya yang ternaa adalah" sepeuluh soal tentang amata" buku ini disusun secara sistematis untuk pelajar-pelajar ilmu mata (opthalmologi)[11]
Pada masa Abbasiyah ini juga kita mengenal Bagit Ibn Qurrah (826-910 M/211-288H) adalah seorang penerjemah besar hampir sama pentingnya dengan Hunaya dan penulis karya abadi dalam ilmu medis dan filsafat. Ia menguasai matematik dan astronomi. Ia juga menulis banyak naskah tentang astronomi, teori bilangan, fisika dan cabang matematika lainnya yang amat besar pengaruhnya pada para saintis muslim. Gema dari pandangan ilmiahnya, terlebih lagi tentang teori getaran, terdengar sepanjang abad pertengahan di dunia barat. Nama-nama penerjemah lain adalah Abu Yahya al-batriq, Qasat Ibn Luga, Hubaisyah Ibn Hasan, dan Abu Bishir matta Ibn Yunus[12]
Penerjemahan buku Yunani ke dalam Bahasa Arab dan masuknya kebudayaan Helinesia ke dalam kebudayaan Islam telah menciptakan suasana subur dikalangan yang rasional. Meskipun bukan golongan rasional murni, namun jelas pokok Islam secara lebih sistematis. Sikap rasionalis ini mendorong umat Islam mempergunakan segala kekuatan akal untuk memahami agama, ahirnya akan melahirkan intelektual muslim di segala lapangan ilmu. Antara  lain muncul filosof Islam yang tidak kalah dengan  filosuf Islam. Yang tidak kalah dengan filosuf Yunani. Demikian juga dokter ulung, ahli kimia, ahli matematika, ahli optik, ahli geografi dan lain-lain.[13] 
2)      Ilmu Kedokteran.
Ilmu ini mulai mendapat perhatian ketika khalifah Al Mansur dari Bani Abbas menderita sakit pada tahun 765 M. Atas nasihat menterinya khalid bin Barwak (seoarang Persi), kepala rumah sakit Girgis bin Bucchtyshu dipanggil ke istana untuk mengobati. Semenjak itu, keturunan garis menjadi dokter istana. Ilmu kedokteran masa ini masih merupakan bagian dari ilmu filsafat. Orang yang kemudian terkenal sebagai dokter Islam antara lain Al-Razi dan Ibn Sina.
a.      Al-Arazi (865-925) yang terkenal di dunia barat dengan sebutan Rozes. Ia adalah murid Hunaya bin Ishaq. Sewaktu masih muda al-Razi hidup sebagai dokter kimia selanjutnya sebagai dokter medicine. Kitab-kitab karangannya tidak kurang dari 200 jilid yang kebanyakan berisi  ilmu kedokteran. Salah satu karangannya yang termasyhur adalah "campak dan cacar" buku ini disalin kelam bahasa Inggris sudah 40 kali cetak. Diantara karya medisnya yang terpenting adalah "al-hawi" yang termasyhur di dunia Barat dan latin. Pada tahun 1279 M buku "Al-hawi" diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Oleh seoarang doktor sisilia bernama faraj bin salim dan Girgenti. Disamping ilmu kedokteran Al-Razi juga mengarang imu agama Islam, Filsafat, matematika, astronomi dan ilmu alam.[14]
b.      Abu Ali-Al Husain Ibn Sina (980-1037 M) atau (370-428 H), lahir di Afsyana dekat bukhara tahun 980 M. Menurut sejarah, semenjak kecil ibn Sina banyak mempelajari ilmu pengetahuan seperti fisika, matematika, kedokteran, hukum dan lain-lain. Ibnu Sina adalah tokoh filosuf dan saintis terbesar dalam Islam dan tokoh paling berpengaruh dalam bidang umum, kedokteran, seni dan sains. Diantara karyanya yang termasyhur adalah "Al-Qonun fi al Tiba" yang merupakan ikhtisar pengobatan Islam dan diajarkan hingga kini ditimur. Karya keduanya, Kitab al-Syfa merupakan karya ensiklopedia yang monumental. Kitab ini menandai titik pucak filsafat pripatetik dalam Islam juga mmuat bab-bab peting tentang logika dan sains matematik dan alam. Dalam dunia Islam semangatnya mendominasi aktivitas intelektual, sedangkan filsafat dan ilmu modisnya berlanjut sebagai pengaruh yang hidup hingga masa kini. Banyak penulis barat yang menjuluki "Bapak Dokter"[15]
3)      Ilmu Filsafat
Tokoh-tokoh filsafat
1.      Al-Kindi
Di kalangan kawin muslim, orang yang pertama memberikan pengertian filsafat dan lapangannya ada;ah al-Kindi. Ia adlah Abu Yusuf bin Ishaq dan terkenal dengan sebutan " Filosuf Arab" keturunan Arab Asli.[16] Ia lahir di Kufah sekitar 801 M. Lalu tinggal dan meninggal di Baghdad pada 873 M. Al-Kindi merupakan penganut aliran mu'tazilah ddan kemudian belajar filsafat. Dlam risalahnya yang ditunjukkan kepada al-Mu'tashim ia menyatakan bahwa filsafat adalah ilmu yang terkemuka serta terbaik.
Al-Kindi membagi filsafat kepada tiga bagian : Ilmu fisika (ilmu Thibbiyah) sebagai tingkatan yang paling bawah, ilmu matematik (al-Ilmu al-riyadhi) sebagai tingkatan tengah-tengah, dan ilmu ketuhanan (ilmu al-Rububiyah) sebagai tingkatan paling tinggi alasan pembagian tersebut ialah karena ilmu adakalanya berhubungan dengan sesuatu yang dapat di indra. Yaitu benda atau fisika adakalanya berhubungan dengan benda tetapi mempunyai wujud sendiri yaitu ilmu matematika yang terdiri dari ilmu hitung, teknik, astronomi dan musik. Atau tidak berhubungan dengan benda sama sekali yaitu ilmu ke-Tuhanan.[17] Tidak kurang dari 361 buah karya telah dinisbatkan kepadanya, namun sayangnya kebanyakan dari karya-karya itu tidak bisa ditemukan.
Karaya utmanya tentang ilmu Op tik geometris dan fisiologis, yang didsarkan atas buku "optics" karya Euclid digunakan secara luas di barat dan timur, sehingga akhirnya digantikan oleh buku karya Ibn al haytsam. Melalui terjemahan karyanya dalam bahsa latin "De Aspecttibus", telah mempengaruhi pemikiran Roger bacon.[18] Dibandingkan dengan karya aslinya dalam bahasa Arab, kebanyakan karya Al-Kindi yang masih ada saat ini merupaka terjemahan dalam bahsa latin, termasuk yang diterjemahkan oleh gerad dan cremona.
2.      Al-Farabi
Abu Nashir Muhammad Ibn Muhammad Ibn Tankahn lahir di nama kota kelahirannya. Dalam bidang filsafat Al_farabi merupakan komentator besar muslim pertama terhadap filsafat Aristoteles, yang membuatnya di juluki "Guru Kedu" (al-Mu'allimu al-Tsani).[19] Kometrana tentang metafisik membantu Ibnu Sina memahami karya tersebut. Ia menulis karya bebas tentang fisika, matematika, etika dan filsafat politik.[20]
Filsafat Al-farabi yang terkenal adalah Emanasi. Dengan Emanasi, al farabi mencoba menjelaskan bagaimana yang banyak bis timbul dari yang satu. Tuhan sebagai akal berfikir merupakan maujud pertama, sehinga muncul wujud kedua yang juga mempunyai substansi, disebut sebagai akal pertama yang tak bersifat materi. Wujud kedua ini berfikir tentang wuju pertama,kemudian muncul wujud ketiga disebut akal kedua. Wujud kedua atau akal pertama berfikir tentang dirina dan muncullah langit pertama.[21]
3.      Ibnu Sina
Ia dikenal sebagai seoarang dokter yang berjuluk "Bapak Dokter" karena karyanya "Qonun Fi al Jib, juga dikenal dalam bidang filsafat dengan julukan Syaikh al-Rais (Kyai Utama)[22] Ibn Sina memperdalam dan menambahkan detail pada aspek-aspek spekulatif al-Farabi dalam logika, epistemologi, dan metafisika sehingga rumusanya menjadi lebih jelas dan sistematis. Kecerdasan otak dan kepandaiannya mengatur waktu menjadikannya berhasil menyelesaikan puluhan karangan dan karyannya masa itu. Diantara karangan Ibnu Sina  yang termasyhur adalah Asyifa terdiri dari empat bagian yaitu logika, fisika, matematika dan metafisika, An-Najat merupakan ringkasan buku AS Syifa, al Hikmat al-masyrqiyyah, al-Qonun atau canon of medicine. Serta risalah-risalah lain yang banyak jumlahnya dalam lapangan filsafat, etika, logika, dan psikologi.
4.      Al-Ghazali.
Abu hamid ibn Muhammad al-Ghajali adalah seoarang guru besar madrasah Nizhamiyah Baghdad yang didirikan oleh Nizham al-Mulk. Dalam sejarah filsafat Islam ia dikenal sebagai syak terhadap segala-galanya. Ia mengarang buku "maqasid al-falasifah yang menjelaskan pemikiran-pemikiran filsafat, terutama menurut Ibnu Sina. Kemudian ia mengkritik dan menghancurkannya dengan bukunya tahafut al falasifah". Gelar "Hujat al-Islam" (argumentator Islam) melekat padanya, dengan keberhasilanya merumuskan dan mengonsolidasi faham sunni. Diantara karya termasyhurnya adalah "Ihya ulum al-din "(menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama) dan tahafut al falasifah (kekacauan para filosuf), di buat karena pemikiran bebas waktu itu telah membuat banyak orang meninggalkan Tuhan-Nya[23]
4)      Ilmu Optik
Dalam ilmu ini yang terkenal anamnay adalah Abu Ali al haytam (965 M) atau disebut juga al hazen. (Eropa). Ia ahli dalam ilmu mata (optik), cahaya dan warna "optics" merupakan karya terbesarnya, dimana dalam teorinya tersebut, ia menolak teori bahwa mata pengirim cahaya ke benda yang dilihat. Menurutnya yang kemudian terbukti kebenarannya bendalah yang mengirim cahaya ke mata.[24]


5)      Ilmu Astronomi
a.      Al Farghania
Ahli asronomi terkemuka peride abbasiyah, abu ala bas amad al-farghani (al-farghanus). Karya utamnya yang termasyhur "Al-Mudkhi Illa Ilmi Hayai Al-Aflak" yang diterjemahkan kedalam bahasa latin oleh Jauh dari Sevilla dan gerrad dari cremona pada tahun 1135 M.
Disamping observatorium al makmun, ada observatorium swasta yang dikelola oleh tiga bersaudara ini meninggalkan banyak karanangan berharga, diantaranya ilmu mengukur   Permukaan datar dan bulat.[25]
b.      Al-Fazari
Dalam lapangan ilmu astronomi penulisanya dimulai sejak diterjemahkannya buku sidhanta dari bahasa India kebahasa Arab oleh Al-fazari di Baghdad pada tahun 771 M. Selanjutnya dilakukan penerjemahan dari daftar-daftar pahlevi yang disusun sejak periode sasaniah. Sesudah itu barulah diterjemahkan buku Yunani al-magest karangan Ptolomeus. Para ahli ilmu astronomi sistematis terhadap gerakan benda-benda langit di jagat  raya, tetpi juga membuktikan secara tepat elemen-elemnen yang fundamental yang terdapat dalam "al-magest" al-farazi adalah orang pertama yang mengerjakan astrolabe.
c.       Al-battani (Al Bategnus)
Ia berasal dari harran, adalah seorang  ahli perbandingan terbesar dan penyelidikan yang tekun. Pada tahun 887-918 M ia mengadakan observasi di rakkah. Ia mengoreksi beberapa pendapat ptolomeus, termasuk melakukan perhitungan yang benar terhadap orbit bulan dan planet. Ia membuktikan tentang kemungkinan gerhana matahari yang berbentuk cincin, serta berhasil menentukan garis ear matahari.
Copercicus sangat terpengaruh oleh teori yang dikemukanan al-battani. Bukunya yang bernama " de Revolusionibus" orbium coelistium" di karang atas dasar pendapat al-battani.
d.     k
6)      lk
B.     Perkembangan Ilmu Naqli
C.     Sumbangan Islam terhadap Intelektual Barat

Peranan umat islam di dalam sejarah umat manusia adalah revolusioner penting,terutama pada masa Abbasiyah. Ilmu pengetahuan islam mengalami kemajuan yang mengesankan selama periode tersebut,sehingga mencapai masa kejayaan Islam. Melalui orang-orang kreatif seperti al-Kindi,ar-Razi,al-Farabi,ibnu Sina.Al-Masdi, at-Tabari, al-Ghazali, dan lain-lain. Pengetahuan telah melakukan investigasi dalam ilmu kedokteran,teknologi,matematika,geografi dan bahkan sejarah.Tetapi semua ini di lakukan dalam frame work keagamaan dan skolastikisme.

Karena itulah banyak ahli barat mengakui tentang pengaruh islam terhadap kebudayaan dan pemikiran barat di masa lalu. Sebagaimana Pernyataan tokoh-tokoh berikut ini:
a.
b.
c.
d.
e.




[1]  Prof. Dr. Hj. Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik" (Jakarta: Prenada Media 2004) hlm. 78.
[2]  A. Haymy, Sejarah Kebudayaan Islam  (Jakarta: Bulan Bintang 1975) hlm. 255
[3]  Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya (Jakarta: UI Press 20010 hlm. 66
[4]  Joesoef  Souiyb " Sejarah Daulat Abasyiah''   (Jakarta: Bulan Bintang 1977) hlm. 68.
[5]  Kota yang didirikan oleh Raja Sasinah Syipur I, yang mungkin berarti "Markas Syapur". Kini, berada dikawasan desa Syahabad di Kuzistan, Persia Barat Daya
[6] Dhilip. K. Hitti, History Of the Arabs" (Jakarta: Serambi 2005) hlm. 384.
[7] Siti Maryam, Dkk, Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Lesfi, 2003) hlm. 124
[8]  Ibid, hlm. 126
[9]   Ibid, hlm. 125
[10]  Harun Nasution, Op cit hlm. 12
[11]  Oemar Amin Husein, Kultur Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1964) hlm. 30
[12]  Diidin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam, (Jakarta: Grasindo, 2002) hlm. 156.
[13]  Harun Nasution, Op cit hlm. 11
[14]  Omar Amir Husain, OP cit. hlm. 42.
[15] A. Hanif, MA. "Pengantar Filsafat Islam" (Jakarta : Bulan Bintang 1976) hlm. 107
[16]  
[17]  Ibid hlm. 17

2 Responses to "KONTRIBUSI ABBASIYAH TERHADAP PENDIDIKAN ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN"

sumonggo tinggalkan salam