Soal Ulangan - sahabat soal ulangan pada kesempatan ini kita akan membahas tentang PERISTIWA HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH. Para musyrikin Makkah mulai gusar mendengar berita kaum muslimin Makkah yang sudah banyak meninggalkan Makkah menuju Yasrib. Mereka khawatir ajaran Nabi Muhammad akan semakin meluas dan di sana kekuatan Islam akan bertambah kuat, pada akhirnya akan menyerang kekuatan mereka di Makkah.
Para pemuka Quraisy berkumpul di Darun Nadwah untuk membahas strategi pencekalan Nabi Muhammad Saw agar gagal meninggalkan Makkah. Akhirnya, diputuskan sebuah keputusan bulat untuk mengeksekusi Nabi Muhammad . Agar nantinya pembunuhan tersebut tak mendapatkan tuntutan balas dendam dari Bani Abdi Manaf suku klan Nabi Muhammad SAW, mereka bersepakat yang melakukan eksekusi haruslah dari para pemuda gagah berani dari koalisi berbagai suku bangsa Quraisy.
Nabi SAW memerintahkan Sayyidina Ali bin Thalib menggantikan posisi tempat tidurnya. Nabi meyakinkan bahwa tidak akan terjadi apa-apa dengan Ali bin Thalib. Sayyidina Ali pun diperintahkan untuk memPersiapkan barang-barang amanah penduduk Makkah untuk dikembalikan pada pemiliknya
Pagi dini hari, sebelum Nabi SAW meninggalkan rumah, para pemuda Quraisy dengan pedang terhunus telah mengepung sekeliling rumah Nabi SAW dan siap membunuhnya jika keluar meninggalkan rumah. Pada saat itulah, turunlah Jibril membawakan wahyu: "Dan Kami adakan dinding di hadapan mereka dan di belakang mereka dinding (pula) dan Kami tutup penglihatan mereka dan sekali-kali mereka tidaklah dapat melihat." [QS Yasin [39]: 9]
Nabi Muhammad SAW membaca wahyu itu sembari meniupkan ke arah luar rumah. Dengan izin Allah, sekelompok pemuda kafir musyrikin itu dibuat kantuk berat dan tertidur pulas menjelang petang. Nabi melangkah meninggalkan rumah beliau dengan tenang.
Setelah terbangun mereka segera memasuki rumah Nabi SAW, namun tidak lagi mendapati Nabi kecuali hanya ada Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang sedang berbaring di kasur menggantikan posisi Nabi. Misi pemuda Quraisy tersebut membunuh Nabi SAW berakhir gagal total.
Sejak siang hari itu, hari Senin, Nabi memulai hijrah meninggalkan Kota Makkah. Langkah pertama beliau menuju ke rumah Abu Bakar bin Shiddiq dengan cara menyamar. Sesampai di sana, Abu Bakar sudah siap menunggu dengan seekor unta dan perbekalan seadanya. Abu Bakar telah menyiapkan dua ekor unta menuju Yasrib yang akan ditempuh sekitar 480 Km atau biasa dilakukan dengan kendaraan unta selama 10 hari.
Di dalam rumah Abu Bakar, Nabi SAW mengatur strategi hijrah agar dapat mengelabui kafir Quraisy yang pasti akan melakukan pengejaran hingga ke Yasrib. Nabi memutuskan memutar haluan mengambil jalur berlainan ke arah selatan menuju Yaman. Sedangkan untuk menuju ke Yasrib seharusnya ke arah utara dengan cara bersembunyi dahulu di Gua Tsur beberapa hari.
Abu Bakar pun mengatur membagi tugas-tugas khusus pada putranya Abdullah bin Abi Bakar sebagai intelijen pencari informasi tentang pergerakan kafir Quraisy yang melaporkan setiap malam ke Gua Tsur. Sedangkan putrinya, Asma bin Abi Bakar bertugas sebagai pemasok makanan susu dan daging setiap hari selama persembunyian.Pembantunya Amir bin Fahirah diperintahkan mengembalakan kambing di sekitar gua Tsur untuk menutup bekas jejak unta milik Abu Bakar di atas padang pasir agar rute perjalanan hijrah Nabi Muhammad dan Abu Bakar tidak dapat dilacak oleh kafir Quraisy.
Pemuda kafir Quraisy sempat melakukan penyisiran hingga gua Tsur. Mereka hampir saja menemukan persembunyian Nabi SAW dan Abu Bakar. Hampir saja keduanya tertangkap dan terbunuh. Abu Bakar sedemikian khawatirnya Nabi Saw terbunuh. Maka turunlah surah at-Taubah ayat 40 dimana Allah SWT menenangkan hati kekasih-Nya, "Jan ganlah takut dan sedih sesungguhnya Allah bersama kita!" Wahyu tersebut, Nabi Saw ucapkan untuk menenangkan hati Abu Bakar bin Shidiq
Allah pun menyelamatkan mereka berdua dengan memerintahkan sepasang burung merpati bersarang di mulut gua serta sarang laba-laba yang mengindikasikan bahwa gua tersebut sudah lama belum pernah dimasuki seorang pun, sehingga kafir Quraisy yang dipimpin Umayah bin Khalaf batal memasuki gua
Pada hari ke-3, sesuai kesepakatan yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan Abdullah bin Arqayat, dia datang ke Gua Tsur untuk bekerja sama membantu sebagai orang yang dibayar sebagai penunjuk jalan menuju Yasrib dengan mengambil jalan yang tak biasa dilalui orang. Padahal Abdullah bin Arqayat atau disebut juga Abdullah bin Uraiqhit ini seorang musyrikin Makkah yang menawarkan jasanya secara profesional.
Nabi Saw membutuhkan seorang pemandu disebabkan rute perjalanan yang mereka tempuh bukan rute perjalanan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang, melainkan rute alternatif yang tidak banyak diketahui untuk menghindari pengejaran kafir quraisy. Di hari ke-3, Nabi Saw, Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melakukan perjalanan hijrah dengan menggunakan seekor unta dengan rute memutar berbalik arah tujuan menuju Yaman.
Di Kota Makkah, kafir Quraisy yang gagal menemukan jejak Nabi Muhammad Saw, mengadakan sayembara yang diumumkan di pasar Ukaz dan sekeling Ka'bah bahwa siapa saja yang berhasil menangkap Muhammad, baik dalam keadaan hidup atau mati dia akan mendapatkan hadiah 100 ekor unta.
Seorang kafir Quraiys bernama Suraqah bin Malik al-Mudlaji tertarik dengan hadiah sayembara itu. Dia segera memacu kudanya untuk melakukan penyisiran sekaligus pengejaran hijrahnya Nabi SAW. Di tengah gurun pasir yang luas, Suraqah menangkap bayangan tiga orang yang sedang melakukan perjalanan menuju arah ke Madinah.
Dengan pedang terhunus, dia memacu kudanya dengan penuh semangatnya, namun beberapa kali kudanya jatuh terjungkal. Suraqah yang berniat membunuh Nabi SAW terjatuh, hingga ditolong oleh Nabi SAW. Suraqah menyadari kesalahannya, dia meminta diampuni dan menyatakan masuk Islam
Pada hari ketiga, hari Kamis, tibalah Nabi SAW di Desa Quba, selama beberapa hari di sana, Nabi sempat mendirikan sebuah masjid. Itulah masjid pertama kali yang dibangun dalam sejarah Islam. Sampai hari ini dikenal dengan Masjid Quba
Pada hari Jum'at, di Quba Nabi Muhammad SAW bertemu kembali dengan Sayyidina Ali bin Thalib yang menyusulnya. Di sini pula lah Nabi menerima keislaman Salman alFarisi; seorang pemeluk agama Kristen yang berasal dari Persia. Selama 4 hari hari di Quba, Nabi dan para sahabat melanjutkan perjalanan memasuki Kota Yasrib
Sebelumnya, Nabi ditemui oleh Zubair bin Awwam yang ketika itu berusia 21 tahun yang membawakan jubah putih agar dikenakan Nabi SAW saat memasuki kota Yasrib. Perjalanan hijrah Nabi berlangsung selama 14 hari, meski biasanya sudah bisa sampai dalam waktu perjalanan 10 hari, disebabkan Nabi bertahan di gua Tsur selama 3 hari. Para penduduk di Madinah selalu menunggu kedatangan Nabi SAW di sebuah tempat bernama Harrah; di sebuah perbukitan batu hitam yang memungkinkan bisa melihat rombongan Nabi dari kejauhan.
Tepat pada hari Senin, 16 Rabiul Awwal atau bertepatan 20 September 622 M, disambut suka cita oleh segenap penduduk Yasrib dengan sambutan tabuhan gendang rebana disertai syair "Thala'al badru 'ala'ina" Nabi Saw memasuki kota Yasrib. Kedatangan Rasulullah Saw di Yasrib diperebutkan oleh penduduk kaum muslimin, mereka berebut menarik tali kekang unta beliau untuk mengajak Rasulullah bertempat tinggal di rumah mereka.
Namun, Rasulullah meminta biarlah untanya sendiri yang menentukan dimana beliau bertempat tinggal. Unta yang ditunggangi oleh Rasulullah, akhirnya berhenti di pekarangan rumah Abu Ayyub al-Anshari. Di sanalah Rasulullah, memulai bertempat tinggal beberapa bulan, sebelum akhirnya beliau membangun masjid Nabawi dan beberapa kamar untuk beliau tinggali di atas sebuah tanah yang dibeli dari kakak beradik yatim piatu di Yasrib tersebut.
Tak lama kemudian, Rasulullah mengubah nama Yasrib menjadi nama baru "Madinah al-Munawwarah" yang artinya "Kota Baru yang Bersinar". Kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menjadikan peristiwa hijrah pada tahun 622 H atau bertepatan 20 September 622 M inilah yang dijadikan sebagai momentum awal tahun baru Islam 1 hijriyyah dalam penanggalan umat Islam hingga hari ini.
1. Pengertian Hijrah
Kata Hijrah berasal dari Arab, yang berarti meninggalkan, menjauhkan diri dan berpindah tempat. Adapun Seseorang bisa dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu yang pertama ada sesuatu yang ditinggalkan dan kedua ada sesuatu yang dituju (tujuan). Kedua-duanya harus dipenuhi oleh seseorang yang berhijrah. Meninggalkan segala segala hal yang buruk, negaif, kondisi yang tidak kondusif menuju
keadaan yang lebih baik, positif dan kondisi yang kondusif dalam menegakkan ajaran Allah. Dalam konteks sejarah hijrah, hijrah adalah kegiatan perpindahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw bersama para sahabat beliau dari Makkah ke Madinah, dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah, berupa akidah dan syari’at Islam. Secara garis besar hijrah terdiri dari dua macam yaitu:
1. Hijrah Makaniyah Hijrah
Makaniyah yaitu meninggalkan suatu tempat. Selama masa kenabian, peristiwa Hijrah Makaniyah telah terjadi 3 kali, yaitu:
- Hijrah ke Habasya Hijrah ke Habasya sebagai hijrah pertama adalah Hijrah yang dilakukan oleh sebagian sahabat Nabi Saw. Mereka meninggalkan Makkah menuju ke Habasyah (Abbesinia, Ethiopia) dalam rangka mencari tempat yang lebih aman (suaka politik), karena di Makkah kaum musyrikin terus melakukan tekanan, intimidasi, dan tribulasi kepada para pengikut Nabi Saw.
- Hijrah ke Thaif Hijrah ke Thaif sebagai hijrah kedua adalah hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. setelah Abu Thalib paman dan sekaligus penjamin beliau telah wafat, maka kaum musyrikin semakin berani mengintimidasinya terhadap diri beliau Nabi Muhammad Saw. Lalu Nabi Muhammad meninggalkan Makkah menuju ke Thaif. Namun setelah sampai di Thaif, ternyata Nabi Saw justru diusir oleh para penduduknya.
- Hijrah Ke Madinah (Yasrib) Hijrah yang ketiga adalah hijrah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. Dan para shahabatnya. Hijrah ke Yasrib yang diubah namanya menjadi Madinah, memberikan harapan besar kepada masa depan dakwah Islam. Rasulullah Saw bersama para sahabatnya berhijrah dari Makkah ke Yasrib – yang belakangan kemudian diubah namanya oleh Nabi Saw menjadi Madinah. Hijrah ini dilakukan pada tahun ke-13 kenabian (622 M).
- Hijrah I’tiqadiyah. Hijrah I’tiqadiyah Yaitu hijrah keyakinan, Iman mengalami proses naik dan turun, kuat dan lemah. Terkadang Iman bercampur dengan kemusyrikan dan terkadang Iman berada dalam kemurnian. Maka hijrah kenyakinan mesti dilakukan bila kenyakinan berada di tepi jurang kekufuran dan kemusyrikan.
- Hijrah Fikriyah Fikriyah secara bahasa berasal dari kata fiqrun yang artinya pemikiran. Seiring perkembangan zaman, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi, seolah dunia tanpa batas. Berbagai informasi dan pemikiran dari belahan bumi bisa diperoleh di dunia maya dengan mudah. Maka hijrah fikriyah mesti dilakukan dalam rangkan meninggalkan pemikiran-pemikiran yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
- Hijrah Syu’uriyyah Syu’uriyah atau cita rasa, kesenangan dan kesukaan. Diri manusia sering terpengaruhi oleh kesenangan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam. Mereka lupa akan kewajiban-kewajiban yang diperintah oleh Allah dan Rosulnya. Maka Hijrah Syu’uriyyah mesti dilakukan ketika hati manusia cenderung kepada kesenangan yang tidak sesuai Islam.
- Hijrah Sulukiyyah. Suluk berarti tingkah laku atau kepribadian atau biasa disebut juga akhlaq. Akhlak mengalami perubahan berdasarkan perubahan nilai yang ada di masyarakat. Perubahan nilai dapat menggeser akhlaqul karimah ke arah akhlaqul sayyi’ah. Sehingga tidak aneh jika bermuculan berbagai tindak moral dan asusila di masyarakat. Maka hijrah Sulukiyah mesti dilakukan ketika akhlak yang tercela berkembang dan menyebar di lingkungan sekitar.
0 Response to "PERISTIWA HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH"
Post a Comment
sumonggo tinggalkan salam