وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ
Artinya: “Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuatbaiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”
Dalam QS. al-Qashash (28): 77 “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat”. Ayat ini menjelaskan bahwa hendaknya manusia menggunakan anugerah Allah Swt. untuk kebahagiaan di akhirat
Hindari tipu daya dunia. Jika mendapat rezeki berdermalah untuk infak dan sedekah, membantu fakir miskin dan du’afa serta amal saleh lainnya. Jika menjadi pegawai, maka bekerjalah dengan jujur. Bekerjalah sesuai ketentuan, dan terima gaji sesuai ketentuan, jangan ambil yang bukan hak kita dengan cara-cara yang tidak halal. Namun demikian, orang-orang yang lemah imannya banyak yang melakukan korupsi hanya untuk memenuhi ambisi duniawinya. Ia lupa ada balasan atas kejahatannya baik di dunia maupun akhirat.
Sebagi orang yang beriman hendaknnya kita senantiasa bersyukur karena sangat banyak nikmat yang telah Allah Swt. anugerahkan. Jika kita berusaha menghitungnya pun tidak akan sanggup menghitungnya. Allah berfirman dalam QS. an-Nahl (16):18.
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا
Artinya: “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya”
Dalam QS. Ibrahim (14): 7 Allah menjanjikan balasan bagi orang-orang yang bersyukur
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Selanjutnya “Dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi”. Ini menandakan bahwa Allah Swt, melarang pelit terhadap diri sendiri. Kita hendaknya mencukupkan kebutuhan sandang (pakaian), papan (tempat tinggal), pangan (makanan) dan kebutuhan sehari-harinya lainnya secara tidak berlebihan.
Karena berlaku boros atau berlebihan adalah perilaku setan. Firman Allah dalam QS. al-Isra (17): 27
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْٓا اِخْوَانَ الشَّيٰطِيْنِ ۗوَكَانَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
“Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” Kemudian “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu”.
Ini isyarat bagi kita agar peduli kepada sesama. Harta yang Allah anugerahkan jangan digenggam sendiri karena dalam harta itu terdapat hak orang lain. Ada hak fakir miskin dan du’afa
Pada akhir ayat:“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. ini larangan jangan berlaku sombong dengan harta yang Allah anugerahkan. Jangan berbuat semena-mena dengan harta sehingga bumi menjadi rusak. Allah tidak menyukai kerusakan
Setelah memahami QS. al-Qashash (28): 77, pasti kalian dapat menarik kesimpulan bahwa dengan mengamalkan QS. al-Qashash (28): 77, maka kita akan terhindar dari gaya hidup materialistis, hedonis, dan konsumtif. Dengan memahami ayat tersebut, kita akan memilih berbagi rezeki dengan sesama daripada menghambur-hamburkannya untuk kepentingan dunia yang hanya sementara.
Kisah Qorun
Pasti kalian tahu bagaimana kisah Qorun. Ia adalah manusia yang sangat kaya raya yang hidup pada zaman Nabi Musa. Harta kekayaannya sangat berlimpah,tetapi sombong, kikir, dan tamak terhadap harta. Karena kekayaan dan kesombongannya ia tidak menyembah Tuhannya, tidak mau berbagi dengan sesama, dan zakat pun ia tak mau. Ia beranggapan bahwa harta yang dimilikinya adalah hasil kerja keras dirinya, tidak ada keterlibatan Tuhan di dalamnya. Akibat ketamakan, keserakahan terhadap harta, kemudiaa Allah mengazabnya dengan menenggelamkan diri dan harta kekayaannya ke dalam perut bumi
Kisah Qorun menggambarkan sikap orang yang menjadikan harta sebagai tujuan hidup dan sesembahan yang selalu dipujapuja sehingga melahirkan sikap kikir dan tamak.Selayaknya, kita hidup di dunia ini tidak mengikuti jejak Qorun, tetapi kita jadikan dunia sebagai jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal dan abadi dengan menggunakan harta di jalan Allah
Hadir
ReplyDeleteAfif 8H hadir pak
ReplyDeleteHadir
ReplyDeleteHadir pak
ReplyDeleteHadir pak
ReplyDeleteHadir
ReplyDeleteWahyu Damara Azalia Hadir pak
ReplyDeleteSaya Octavia zhahra p "HADIR" pak
ReplyDelete